PUTERI BAYANG DI TUBIR KENANGAN
Sayap maya pun terbuka
mengundang sejuta kemelut rasa
mengundang resah lalu tulis-lah rindumu
pada selendang malam di kejauhan
menenun ayat melakar hikayat
benang-benang kasih pun mencorak kasih
melukis warna hati nurani
lalu raga-kan cindai-mu,
kerena cinta telah tersulam pada takdir
sehingga kita tidak bisa lari
untuk memunggah & merubah arah
bahawa yang azali & hakiki,
adalah ketentuan Ilahi.
Engkau,
panutan bayang mengepul arca di jendela nyawa
mendewasakan rindu dalam rupa Piala ungu
anggur birumu menawafi lima lataif dan bibir ber-tahlil Ya Hu
lihat-lah tautan Ruh pada puncak daya
menyempurnakan cahaya menjadi cinta
Ka'abah ketulusan selalu menyambut Hujaj-mu
dan dakap pun menyatu menjadi SATU
Kekasih,
Arafah Hawa-mu menggamit Adam rinduku ke Jabal Rahmah
pasir-pasir pun membasah oleh airmata yang tumpah
aku kau lontar di 10 zulhijjah sedang tasyrik di Aqobah,
belum waktu untuk ber-jumrah
Betapa luluh menghancur-ku pada salam wida'
yang ujud cuma debu-debu Mesir yang menghanyut di NiL
sehingga 2 Disember sukma-ku menguntum Rose
bertunas & tumbuh bernafas hidup
Puteri Bayang pun menghadiah bulan
agar hari-hari Muharram, jalur-jalur cahaya berkunang
dan besok kita harus akur
sebuah jujur tidak runtuh dengan lingkaran kufur
kesejatian tetap wangi & suci,
bila tulus dan quddus terpahat di hati
dan cinta membuat kita sejahtera
di langit Nirvana!
RAJENDRA NATH TAGORE
No comments:
Post a Comment