S O M B O N G
Seorang pria yang sedang bertamu ke rumah Sang Guru nan arif bijak tertegun keheranan.
Dia melihat Sang Guru sedang sibuk mengerjakan sesuatu yang tak biasa dilihatnya.
Sang Guru mengangkuti air dengan ember dan menyikat lantai teras rumahnya keras-keras.
Pria itu pun bertanya,
" Apa yang sedang Anda lakukan ? "
Sang Guru menjawab sembari tersenyum tipis,
"Tadi saya kedatangan serombongan tamu yg meminta nasihat dan saran.
Saya memberikan banyak nasihat yang bermanfaat bagi mereka.
Mereka pun tampaknya puas sekali.
Akan tetapi...setelah mereka pulang tiba-tiba saya MERASA menjadi orang yang hebat.
Kesombongan saya mulai bermunculan.
Karena itu, saya melakukan hal ini untuk membunuh perasaan SOMBONG saya."
*****
Sahabat terkasih yang diberkati Tuhan.....
Sombong adalah penyakit yang sering menghinggapi kita semua....dan benih-benihnya kerapkali muncul tanpa kita sadari.
Di tingkat pertama...
Sombong disebabkan oleh faktor materi.
Kita merasa lebih kaya, lebih rupawan, dan lebih terhormat daripada orang lain.
Di tingkat kedua...
Sombong disebabkan oleh faktor kecerdasan.
Kita merasa lebih pintar, lebih kompeten, dan lebih berwawasan dibandingkan orang lain.
Di tingkat ketiga...
Sombong disebabkan oleh faktor kebaikan.
Kita sering menganggap diri kita lebih bermoral, lebih pemurah, dan lebih tulus dibandingkan dengan orang lain.
Dan yang menarik....
Semakin tinggi tingkat kesombongan...
Semakin sulit pula kita mendeteksinya.
Sombong karena materi sangat mudah terlihat.
Namun sombong karena pengetahuan...
Apalagi sombong karena kebaikan....
Betapa sulit terdeteksi karena seringkali hanya berbentuk benih-benih halus di dalam batin kita.
Mari kita coba setiap hari..untuk senantiasa memeriksa hati kita.
Karena setiap hal yang baik dan yang bisa kita lakukan...
Adalah karena ANUGERAH TUHAN.
Kita ini manusia hanya seperti setitik debu...
Yang suatu saat kelak akan hilang dan lenyap.
Dan KESOMBONGAN hanya akan membawa kita pada kejatuhan yang dalam.....begitu dalam....sedalam-dalamnya.
JAUH-JAUH DARINYA YA..!
— with Irma Sri Kabulatirin and 51 others.
No comments:
Post a Comment