Wednesday, 13 November 2013

SEMOGA ALLAH MERAHMATI KITA SEMUA. IN SHAA ALLAH AAMIIN


SEMOGA ALLAH MERAHMATI KITA SEMUA. IN SHAA ALLAH AAMIIN



Timeline Photos



CAGAR BUDAYA ,

RATUSAN ORANG BERBURU " HARTA KARUN " KERAJAAN ACEH


Warga Banda Aceh kini dihebohkan dengan temuan 'harta karun' berisi kepingan emas di muara Krueng (Sungai) Doy kawasan Gampong Pande, Kecamatan Kutaraja.

Ratusan warga berbondong-bondong turun ke muara untuk mencari koin emas yang diperkirakan peninggalan Kerajaan Aceh masa lampau itu.

Pantauan di lapangan Selasa (12/11/2013), puluhan warga masih mengais dasar muara untuk mencari emas kuno itu. Mereka menggunakan alat tradisional seperti jala dan tempayan, ada juga yang hanya mengandalkan tangan.

Berdasarkan informasi dihimpun dari sejumlah warga, emas itu mulanya ditemukan oleh ibu-ibu pencari tiram dari Lampaseh Kota, Kecamatan Kutaraja, kemarin.

Saat mengais lumpur di dasar muara, perempuan itu menemukan sebuah peti 'harta karun' yang di atasnya bersarang tiram-tiram.

Perempuan yang belum diketahui namanya itu kemudian memukuli peti tersebut, tujuannya untuk mengambil tiram. Alangkah terkejutnya dia saat mengetahui dalam peti itu ternyata berisi koin-koin emas seukuran kancing baju yang di permukaannya bertulis aksara Arab.

Di antara koin itu dibagi kepada temannya yang sedang mencari tiram dan tetangganya. Warga yang mendapatkannya kemudian menjualnya ke toko emas di Banda Aceh yang nilainya mencapai seratusan juta.

Kabar temuan emas itu kemudian berhembus dari mulut-mulut. Tak menyia-nyiakan kesempatan, sejumlah warga mendatangi lokasi temuan sejak tadi malam. Berbekal alat penerang seperti lampu baterai dan senter, mereka mendulang koin emas.

Hari ini lokasi itu menjadi tempat wisata baru. Sejumlah warga ikut memenuhi kawasan tambak itu, bukan hanya untuk mencari emas tapi juga sekadar untuk membunuh rasa penasaran. Warga kampung mulai memungut biasa sekali masuk ke lokasi Rp2.000.

Edi, seorang warga desa tetangga Gampong Pande mengaku, usai mendapat informasi dari mulut ke mulut ada emas di muara itu, ia memutuskan mendatangi lokasi.

Sejak pukul 05.00 WIB dini hari tadi, ia ikut bergabung dengan warga lainnya mencari emas. "Tapi belum dapat rezeki, bang," katanya.

Menurutnya tadi malam banyak warga yang berhasil mendapatkan emas. "Sekarang mungkin sudah sedikit, sudah banyak yang dapat semalam. Jadinya agak susah," sebutnya.

Nasib mujur dialami Amat, warga lainnya. Setelah beberapa jam mencari, ia berhasil mendapat sekeping emas. Beberapa orang menawarkan hingga ratusan ribu, tapi ia enggan menjual.

"Saya mau simpan buat koleksi pribadi, ini benda bersejarah," kata pemuda Aceh Besar itu.

Lokasi temuan emas itu juga terdapat makam-makam kuno dengan batu nisan terukir. Koin-koin emas yang ditemukan itu diperkirakan dirham atau alat tukar pada masa Aceh berstatus kerajaan.

Gampong Pande merupakan kampung tertua dan diyakini sebagai cikal bakal Kota Banda Aceh. Pande artinya pintar.

Sahibul riwayat menyebutkan Gampong Pande adalah perkampungan kerajaan Aceh masa lalu. Ini ditandai dengan banyaknya makam-makam kuno di kampung tersebut. Dulu di sana banyak terdapat orang ahli menempa emas perak dan pandai besi.

Koin-koin emas yang ditemukan itu diperkirakan hasil produksi Gampong Pande pada masa silam. Saat tsunami melantak Aceh pada 26 Desember 2004, Gampong Pande yang letaknya dekat pantai ikut tersapu ombak. Ribuan warga jadi korban, rumah dan makam-makam kuno juga banyak yang tergerus.


Penemuan harta karun berisi kepingan emas yang diperkirakan peninggalan zaman kerajaan di Gampong (Desa) Pande, Kecamatan Kutaraja, Banda Aceh, menyedot perhatian warga.

Sejarawan Aceh Husaini Ibrahim mengatakan, kawasan temuan emas itu adalah pusat industri yang memproduksi berbagai kebutuhan Kerajaan Aceh Darussalam.

"Mulai dari mata uang dari emas, batu nisan dengan ukiran-ukiran indah, senjata besi untuk berperang, dan berbagai kebutuhan kerajaan lainnya," jelas dosen FKIP Sejarah Universitas Syiah Kuala (Unsyiah) Banda Aceh itu kepada wartawan, Selasa (12/11/2013).

Menurutnya, Gampong Pande dulu juga dikenal sebagai pusat perdagangan, karena letaknya sangat strategis di lintasan Selat Malaka, dan berada pada puncak kejayaannya, pada masa kepemimpinan Sultan Iskandar Muda (1607-1636).

"Tapi jauh sebelum itu, Gampong Pande sudah terkenal sebagai kawasan industri dan pusat perdagangan yang strategis," sebut alumnus Universitas Sains Malaysia (USM) yang pernah membuat penelitian di Gampong Pande untuk disertasi doktoralnya.

Di kampung tersebut, memang banyak ditemukan makam-makam zaman dulu dengan batu nisan ukiran kuno. Salah satu makam yang terkenal dan sudah dipugar adalah, Makam Teungku Dikandang dan Makam Putroe Ijo.

Husaini memperkirakan, koin-koin yang ditemukan itu merupakan hasil pesanan luar yang belum dikirim para penempa emas yang dulunya banyak terdapat di Gampong Pande. Atau milik kerajaan yang masih di simpan setelah diproduksi. "Ini masih butuh penelitian lebih lanjut," terangnya.

Sekilas, koin-koin emas yang ditemukan warga di Muara Krueng (sungai) Doy, Gampong Pande, bentuknya persis dengan dirham atau mata uang Aceh masa kerajaan yang berada di Museum Aceh. Koin seukuran kancing jas itu, dipermukaannya bertulis aksara Arab.

Husaini meminta, pemerintah untuk segera menyelamatkan sejarah Gampong Pande yang dulu terkenal hingga ke semenanjung negara tetangga. Temuan emas itu, dikhawatirkan bisa mendorong warga membongkar makam-makam kuno yang ada, karena diyakini ada emas di bawahnya.

"Saya khawatir kalau tidak segera diselamatkan, berbagai peninggalan yang sangat bersejarah di Gampong Pande akan punah," sebutnya.


Harta karun peninggalan Kerajaan Aceh yang mulai dijual bebas di masyarakat dinilai merupakan tindakan yang patut disayangkan.

Pasalnya, benda yang memiliki nilai histori dan langka itu dijual masyarakat dengan harga murah. Ditakutkan, jika praktek penjualan harta karun itu masih berlangsung, bukan tidak mungkin benda bernilai sejarah tinggi itu bisa terbang ke luar negeri dan dikuasai negara lain.

"Itu tindakan yang patut kita sayangkan, koin-koin emas kuno itu kini mulai bebas dijual warga yang menemukan. Harga sekeping mencapai ratusan ribu. Dikhawatirkan, benda bersejarah itu bisa hilang seketika atau lari ke luar negeri, jika tak segera diselamatkan," jelas penikmat sejarah dan kolektor benda kuno Aceh, Tarmizi Abdul Hamid, di Banda Aceh, Rabu (13/11/2013).

Menurutnya, bukan hanya kandungan emasnya yang bernilai jual tinggi, tapi nilai sejarah dari koin itu bisa dijadikan barang antik yang menggiurkan.

Dicontohkan seperti yang terjadi pada benda-benda peninggalan sejarah Samudera Pasai, Kerajaan Islam pertama di Asia Tenggara di Aceh Utara. Banyak artefak kuno Samudera Pasai yang ditemukan warga saat penggalian tambak atau mencari batu kuno untuk dibuat batu cincin bebas dijual bebas, sehingga hilang tak berbekas.

"Padahal bila benda-benda sejarah itu bisa diselamatkan, nilai sejarahnya bisa dijual untuk memajukan pariwisata dan menggaet turis-turis datang ke Aceh. Selain itu benda-benda sejarah ini juga bisa membangun peradaban pendidikan baru," tegasnya sembari menyebut penemuan ini bisa mendorong para arkeolog atau ahli-ahli sejarah dunia melakukan penelitian di Aceh.


HARTA KARUN ACEH YANG DI TEMUKAN , PEMERINTAH DI MINTA AMBIL ALIH .


Pemerintah didesak segera menyelamatkan harta karun berisi kepingan emas diyakini dirham peninggalan Kerajaan Aceh yang ditemukan warga di Gampong Pande, Kecamatan Kutaraja, Banda Aceh. Koin emas itu diyakini sebagai artefak sejarah atau benda purbakala.

"Itu merupakan artefak Aceh, artinya dirham itu sebagai bukti sejarah Aceh yang tidak boleh dibisniskan, diperjual belikan. Itu identitas Aceh yang dilindungi Undang-Undang Cagar Budaya atau Purbakala," kata penikmat sejarah dan kolektor benda kuno Aceh, Tarmizi Abdul Hamid, di Banda Aceh, Rabu (13/11/2013).

Menurutnya, pemerintah perlu turun langsung mendata koin-koin tersebut, kemudian membayar kompensasi kepada masyarakat penemunya. Bila benda itu raib, maka pemerintah wajib bertanggung jawab atas hilangnya sejarah bangsa.

"Bisa saja masyarakat menjual, tapi pemerintah harus mengidentifikasi kepada siapa barang itu dijual. Jangan sampai penemunya menjual kembali ke luar, ini bisa hilang bukti sejarah Aceh," sebut Tarmizi.

Dia berharap pemerintah harus belajar dari kasus-kasus yang ada, dimana banyak bukti sejarah Aceh sekarang berada di luar negeri. Sementara generasi sekarang hanya tahu sejarah dari cerita secara oral atau buku, tanpa bukti otentik yang bisa ditemui.

"Ketika kita berbicara Kerajaan Aceh Darussalam, itu berbicara bukti. Sekarang salah satu bukti gemilang Aceh pada masa lalu sudah ditemukan dengan koin-koin dirham ini. Ini wajib diselamatkan," ujar pengurus Majelis Adat Aceh yang mengoleksi ratusan manuskrip kuno itu.

Pada masa lalu, cerita Tarmizi, Aceh sangat kaya. Ini ditandai dengan adanya tiga mata uang yang salah satunya adalah dirham terbuat dari emas. Dua alat tukar lain adalah dinar terbuat dari perak dan kueh terbuat dari timah.

"Dirham digunakan sebagai alat tukar untuk orang dewasa, dinar dipergunakan oleh kaum remaja dan kueh untuk anak-anak," jelasnya.

Tarmizi menilai penemuan emas di Gampong Pande sekarang, bisa mendorong siapa saja untuk mencari benda-benda bersejarah lain yang diyakini banyak terdapat di kampung tua tersebut. Ini patut diwaspadai karena benda-benda sejarah yang ditemukan nanti, bisa dijual bebas di pasar gelap.

Like ·  · Share · 49 minutes ago
(PETIKAN WALL RATU RIMBA NIAGARA & RAKAN-RAKAN ALAMMAYA)
9 Muharram 1435H
13 November 2013

0 comments:

Post a Comment

 
;