Sunday 30 December 2012

TEATER BANGSAWAN DIRAJA,'KESULTANAN JOHOR DARUL TAKZIM'



KESULTANAN JOHOR DARUL TAKZIM
Oleh: Sulaiman Dawud


Johor atau juga dikenal sebagai Johor Darul Takzim merupakan salah satu negeri-negeri yang membentuk Malaysia. Johor merupakan negeri paling selatan di Semenanjung Malaya dan berbatasan dengan Malaka, Negeri Sembilan dan Pahang di utara dan Singapura di Selatan.

Pada awalnya kawasan ini merupakan bagian dari Kesultanan Malaka, kemudian salah seorang pewaris Sultan Malaka menjadikan negeri ini sebagai pusat pemerintahan baru kerajaan tersebut.

SEJARAH JOHOR
Kejatuhan Malaka tahun 1511, menyebabkan pusat pemerintahan Kesultanan Malaka berpindah pindah. Setelah wafatnya Sultan Mahmud Syah tahun 1528 di Kampar. Salah seorang putranya, Alauddin Syah mendirikan pusat pemerintahan baru di sekitar muara Sungai Johor. Dalam perjalanan sejarah kerajaan ini, kemudian para penguasanya lebih dikenal disebut dengan nama Sultan Johor, walau kemudian pusat pemerintahan kerajaan ini juga terus berpindah pindah ada sekitar 20 kali, akibat serangan dari Portugal, Aceh, Jambi dan pertikaian internal para pewaris Malaka sendiri.

DAERAH KEKUASAAN JOHOR
Negeri Johor terbagi kepada 10 daerah:

1. Batu Pahat
2. Johor Bahru
3. Kluang
4. Kota Tinggi
5. Mersing
6. Muar
7. Pontian
8. Segamat
9. Kulai Jaya
10. Ledang
Kota-kota utama di Johor adalah termasuk Johor Bahru (ibu kota), Pagoh, Tangkak, Ayer Hitam, Yong Peng dan Kulai.

EKONOMI JOHOR
Johor merupakan penghasil minyak kelapa sawit terbesar di Malaysia. Selain itu, Johor juga menghasilkan karet dan nenas.

CENDERAHATI JOHOR
Cenderahati Johor boleh didapati di Heritage Crafts di lapangan terbang Sultan Ismail. Heritage Crafts menjual pelbagai cenderahati tempatan seperti T-shirt, kraftangan tempatan dan cenderahati seperti keychain pewter dan sebagainya. Heritage Crafts merupakan satu-satunya kedai di Senai Airport yang menjual cenderahati yang canggih.

DAFTAR RAJA-RAJA JOHOR
1528-1564 Sultan Alauddin Syah*
1564-1570 Sultan Muzaffar Syah*
1570-1597 Sultan Abdul Jalil Syah* Serangan Portugal tahun 1587
1597-1615 Sultan Alauddin Syah II* Serangan Portugal tahun 1604, Membuat perjanjian dengan VOC tahun 1606
1613-1615 Masa peralihan Penaklukan Aceh tahun 1613
1615-1623 Sultan Abdullah Ma'ayat Syah Dibawah pengaruh Aceh
1623-1673 Sultan Abdul Jalil Syah II Melepaskan diri dari Aceh selepas mangkatnya Sultan Iskandar Muda
1673-1677 Masa peralihan Penaklukan Jambi tahun 1673
1677-1685 Sultan Ibrahim Syah
1685-1699 Sultan Mahmud Syah
1699-1718 Masa peralihan Klaim Raja Kecil sebagai pewaris sah tahta Johor
1718-1722 Raja Kecil
1722-1728 Masa peralihan Pemberontakan Raja Sulaiman, Raja Kecil pindah ke Siak
1728-1760 Raja Sulaiman Bendahara Johor
1760-1770 Masa peralihan Penaklukan Raja Ismail
1770-1779 Sultan Abdul Jalil Muazzam Syah
Raja Muhammad Ali Raja Siak
1779-1781 Raja Ismail
1781-1791 Raja Yahya
1791-1811 Sultan Sayyid Ali
1811-1818 Sultan Sayyid Ibrahim
1818-1819 Masa peralihan Siak melepas Johor, kemudian diperebutkan Inggris di Singapura dan Belanda di Tanjungpinang
1819-1824 Sultan Abdul Rahman Muazzam Syah**
Sultan Husain*** Johor diklaim oleh 2 raja
1824-1855 Masa peralihan Johor menjadi jajahan Inggris****
1855-1862 Daeng Ibrahim Tumenggung Johor*****
1862-1895 Sultan Abu Bakar ibni Daeng Ibrahim
1895-1959 Sultan Ibrahim ibni Sultan Abu Bakar Kemerdekaan Malaysia, Johor menjadi bagian dari Malaysia
1959-1981 Sultan Ismail ibni Sultan Ibrahim
1981-2010 Sultan Iskandar ibni Sultan Ismail
2010- sekarang Sultan Ibrahim Ismail ibni Sultan Iskandar

PERANG SEGITIGA
Sesudah Sultan Alauddin Syah membangun pusat pemerintahan baru pada kawasan muara Sungai Johor, perlawanan terhadap penaklukan Portugal terus berlanjut. Pada masa yang sama, dari kawasan utara Pulau Sumatera, muncul kekuatan baru di Aceh yang mulai melakukan ekspansi wilayah kekuasaan dengan menaklukan beberapa kawasan Melayu dan berusaha mengontrol jalur pelayaran di Selat Melaka. Kesultanan Aceh selain juga mencoba menyerang kedudukan Portugal di Malaka, juga menyerang kedudukan Sultan Johor. Pada tahun 1613, Sultan Iskandar Muda menaklukan Johor, Sultan Johor beserta seluruh kerabatnya ditawan dan dibawa ke Aceh.

Pada tahun 1641, Belanda berhasil merebut Malaka dari Portugal, dan Belanda mengakui kedaulatan Sultan Johor atas wilayah kekuasaannya dan pada saat bersamaan kawasan muara Sungai Johor kembali muncul sebagai salah satu pelabuhan dagang di Semenanjung Malaya.

PERANG JOHOR JAMBI
Krisis antara Johor dan Jambi bermula disaat kedua belah pihak berselisih paham mengenai perebutan kawasan yang bernama Tungkal. Pada masa ini Johor diperintah oleh Sultan Abdul Jalil Syah III dan pemerintahan lebih banyak dimainkan oleh Raja Muda. Dalam usaha untuk mendapatkan Tungkal dari tangan orang Jambi, orang Johor telah menghasut penduduk Tungkal untuk memberontak. Hal ini menimbulkan kemarahan Pemerintah Jambi. Namun kekuatan Johor yang disegani pemerintah Jambi pada waktu itu menyebabkan Jambi memilih untuk berdamai. Ketegangan antara Johor dan Jambi dapat diredakan karena perkawinan antara Raja Muda Johor dengan Puteri Sultan Jambi pada tahun 1659.

Namun persengketaan antara Johor dan Jambi kembali meletus dikarenakan tindakan kedua-dua pihak yang saling menghina kedaulatan kerajaan masing-masing. Johor kembali berperang dengan membawa 7 buah kapal untuk menyerang perkampungan nelayan Jambi pada bulan Mei 1667. Kegiatan perdagangan semakin merosot akibat perperangan yang terjadi karena tidak ada jaminan keselamatan kepada pedagang untuk menjalankan perdagangan di kawasan bergolak ini. Hal ini menyebabkan kerugian ekonomi kepada Johor. Puncak peristiwa peperangan ini terjadi saat Pengeran Dipati Anum mengetuai sebuah angkatan perang untuk menyerang dan memusnahkan Johor secara mengejutkan pada 4 April 1673. Serangan ini telah melumpuhkan sistem pemerintahan kerajaan Johor. Dalam usaha menyelamatkan diri, Raja Muda bersama seluruh penduduk Johor telah lari bersembunyi di dalam hutan. Bendahara Johor ditawan dan dibawa pulang ke Jambi.

Sultan Abdul Jalil Syah III juga melarikan diri ke Pahang. Baginda akhirnya meninggal dunia di sana pada 22 November 1677. Perperangan yang menyebabkan kekalahan kerajaan Johor ini telah mengakibatkan kerugian yang besar kepada Johor kerana Jambi telah bertindak merampas semua barang berharga milik kerajaan Johor termasuk 4 tan emas, sebagian besar senjata api yang merupakan simbol kemegahan dan kekuatan Johor. Kehilangan senjata api dan tentara dalam jumlah besar menyebabkan kerajaan Johor tidak dapat berbuat apa-apa, dan hal ini secara tidak langsung meruntuhkan kerajaan Johor.

PERANG BUGIS DAN MINANGKABAU
Sultan Mahmud Syah II wafat pada tahun 1699 tanpa meninggalkan harta warisan. Melihat keadaan itu, Bendahara Abdul Jalil melantik dirinya sebagai sultan baru yang bergelar Sultan Abdul Jalil Riayat Syah IV. Tetapi timbul ketidakpuasan di kalangan pembesar-pembesar lain atas perlantikan itu.

Orang Bugis yang memainkan peranan penting sewaktu Perang Johor-Jambi mempunyai pengaruh yang kuat di Johor. Selain daripada orang Bugis, orang Minangkabau juga mempunyai pengaruh yang kuat. Orang Bugis dan Minangkabau percaya dengan kematian Sultan Mahmud II, mereka dapat mengembangkan pengaruh mereka di Johor. Di kalangan orang Minangkabau terdapat seorang putra dari Siak yaitu Raja Kecil yang mengaku dirinya sebagai pewaris tunggal Sultan Mahmud II. Raja Kecil menjanjikan kepada orang Bugis bahwa apabila mereka menolongnya menaiki tahta kerajaan, dia akan melantik ketua orang-orang Bugis sebagai Yam Tuan Muda Johor. Pada waktu itu orang-orang Bugis telah pergi ke Selangor untuk mengumpulkan orang-orangnya sebelum melancarkan serangan. Namun pada tahun 1717, Raja Kecil dan pasukan Minangkabau dari Siak telah menyerang Johor terlebih dahulu setelah terlalu lama menunggu kedatangan orang-orang Bugis. Pada 21 Maret 1718, Raja Kecil telah menawan Panchor. Raja Kecil melantik dirinya sebagai Yang Dipertuan Johor dan bergelar Sultan Abdul Jalil Rahmad Syah I. Setelah Raja Kecil berhasil menduduki tahta Johor, orang-orang Bugis datang menuntut janji untuk dilantik sebagai Yam Tuan Muda. Permintaan ini tidak dipenuhi Raja Kecil karena orang-orang Bugis tidak memberikan bantuan sebagaimana yang diminta oleh Raja Kecil.

Tidak puas dengan pelantikan Raja Kecil, bekas Bendahara Abdul Jalil meminta Daeng Parani, pemimpin orang Bugis, untuk menolongnya mendapatkan tahta. Permintaan ini disetujui orang-orang Bugis karena mereka juga kecewa tidak dapat menuntut jabatan Yam Tuan Muda. Pada tahun 1722, Raja Kecil terpaksa meletakkan tahta karena pengaruh Bugis. Anak Bendahara Abdul Jalil kemudiannya dilantik menjadi sultan dengan gelar Sultan Sulaiman Badrul Alam Shah. Tetapi Sultan Sulaiman hanyalah seorang sultan boneka yang tidak mempunyai kekuasaan karena Daeng Merewah yang memegang kuasa sebagai Yamtuan Muda.

Antara tahun 1722 sampai 1746, tahta Kesultanan Johor diperebutkan oleh Raja Kecil dan Raja Sulaiman. Pada tahun 1767, Raja Ismail, telah menjadi duplikasi dari Raja Kecil, didukung oleh Orang Laut, muncul sebagai Raja Laut, menguasai perairan timur Sumatera sampai ke Lautan Cina Selatan, membangun kekuatan di gugusan Pulau Tujuh, Sultan Siak mewarisi seluruh wilayah Kesultanan Johor terutama selepas meninggalnya Raja Sulaiman, kemudian kedudukan Yang Dipertuan Muda diambil alih oleh Raja Ismail dan memaksa mereka pindah ke Selangor.

PENJAJAHAN BELANDA DAN INGGRIS
Setelah Kesultanan Siak Sri Inderapura membuat perjanjian dengan Inggris tanggal 31 Agustus 1818, menjadikan Singapura dan Johor berada dalam pengawasan Inggris. Kemudian Belanda menekan Sultan Siak dalam perjanjian tahun 1822 untuk tidak membuat sembarang kerjasama tanpa persetujuan dari Belanda serta wilayah Kepulauan Riau menjadi bagian kolonial Belanda. Pengaruh dari Traktat London tahun 1824 antara Inggris dan Belanda, secara garis besar membagi bekas wilayah Kesultanan Johor atas dua bagian, kemudian mereka menempatkan raja bawahan pada masing-masing kawasan, sehingga muncul dualisme kepemimpinan pada bekas wilayah Kesultanan Johor, Sultan Husain yang didukung oleh Inggris di Singapura sedangkan Sultan Abdul Rahman Muadzam Syah yang berkedudukan di Lingga didukung oleh Belanda dari Tanjungpinang.

SOURCES:
Ensiklopedia Sejarah dan Kebudayaan Melayu. Dewan Bahasa dan Pustaka Kementerian Pendidikan Malaysia, Kuala Lumpur, 1995.
Malaysia: Official Yearbook. Government of Malaysia, Kuala Lumpur, 1963 - 1999.
The Leaders of Malaya and Who's Who 1957 - 1958. J. Victor Morais, Kuala Lumpur, 1958.
Who's Who in Malaysia and guide to Singapore. Who's Who Publications, J.V. Morais, Kuala Lumpur, 1967 - 1978.
Who's Who in Malaysia, Singapore and Brunei. Who's Who Publications, J.V. Morais, Kuala Lumpur, 1978 - 2002.
— with Iman Ismail Sepawi and 34 others in Johor, Malaysia.
5Unlike · ·
  • Fakhruddin Ibnu Burhan Ini wilayah johor jaman sekarang ni kan?
  • Indra Abdul Wahab Boleh tau dari mana garis keturunan 5 daeng bermula.....
  • Tpss Syuhada Siddiq AlMustoffa Terima kasih anaaknda diatas info ini.
  • Sulaiman Dawud Tolong Indra Abdul Wahab sebagai Asli Keturunan Sulawesi menjelaskan ke Kita dari mana garis keturunan 5 daeng bermula??
  • Fakhruddin Ibnu Burhan kalau wilayah johor sebelumnya tentu lebih besar sebab siak juga dulu wilayah johor bgtu pula kampar dan inderagiri serta jambi..sebagai pewaris melaka
  • Rossusilawati Yaacob Betul ke ada yg mengatakan Puteri Saadong pernah berkahwin dgn Sultan Johor?
  • Azmi Ab Ghani http://www.facebook.com/raja.syukri?fref=ts , ini lah orang paling banyak tahu pasal Daeng ni
    Worked at KingsMale
  • Indra Abdul Wahab Hehehe......entahlah.......detik ini sedang berlaku perbincangan dan perbahasan mengenai 5 daeng ni diantara penulis buku mengenai 5 Opu asal selangor atau johor bernama Mohd.syahier Daeng dan grup La Patauk Matanna Tika Bone bagi merungkai sejarah lima opu dan hang tuah. Namun secara pribadi mengatakan kewujudan mereka di nusantara sekitar 1722 langsung tiada punya perkaitan darah dengan raja-raja yang ada di Tanah Melayu terutama Johor.
  • Sulaiman Dawud Mohon yang mengetahui sejarah Daeng, dijelaskan kepada kami, untuk menenangkan hati dan akal para pencari ilmu sejarah ini...syukran
  • Indra Abdul Wahab Yap,benar. Beliau ada peranan besar dengan penulisan buku lima opu dalam grup Ilagaligo Passompe'E dibantu salah seorang ahli grup Lapatauk matanna tika bagi penyusunan silsilah iaitu dinda Asriadi Surya Gareta - Jakarta.
  • Sulaiman Dawud The modern Royal house of Johor (or Johore) trace their descent from one 'Aidarus of Aceh in Sumatra, a Sayyid from the Hadramaut in Southern Arabia. His male descendants came to rule over four states, Johor, Trengganu and Pahang in Malaysia and Lingga in Indonesia. The family frequently married into the old Royal House of Malacca-Johor, and succeeded to the Sultanate on the extinction of the male line in 1699. During the following two centuries, the once mighty empire continued its slow decline, prey to new powers from Europe and the wider Malay world. Sultan Mahmud Shah III died in 1811, without Royal heirs and without naming an heir from his surviving sons born of non-Royal wives. A dispute over the succession inevitably followed. The British supported his eldest son, Husain. The Dutch supported Husain's younger half-brother, 'Abdur Rahman. In return for their support, the British secured cession of the island of Singapore. The hinterland, bordering the mouth of the Johor river, continued to be administered by the Temenggong, a great territorial magnate and collateral descendant of the Royal House. The area around Pahang being administered by the Bendahara, a scion of the same family. The European antagonists eventually partitioned the kingdom into three separate states, Johor, Riau and Lingga. Johor came under British protection, Riau and Lingga under the Dutch (see Indonesia). Sultan Husain's son, Sultan 'Ali Iskandar Shah, succeeded him in 1835, but abdicate and ceded his rights over the mainland to Daing Ibrahim, who ruled as the Temenggong Sri Maharaja. Abu Bakar, Ibrahim's son succeeded in 1862. He modernised the state, introduced the first constitution in history, improved the administration, education and finance, and travelled widely in Europe and Asia. Five years after the death of Sultan 'Ali Iskandar Shah, he eschewed the lowly rank of Maharaja for the ancient title of Sultan. His death in a London hotel in 1895, ushered in the sixty-four year reign of his son, Sultan Sir Ibrahim. Coming to power during the last years of the Victorian age, through two world wars, including the Japanese occupation, to the eventual independence of a united Malaya, Ibrahim was a remarkable witness of his age. Sultan Sir Ismail, Ibrahim's eldest son and long-time under-study, succeeded in 1959 and reigned for 22 years. His son and successor was a controversial figure in Malaysian political circles, nevertheless he served as King of the federation between 1984 and 1989. He died in early 2010 after a reign of 28 years and was succeeded by his elder son, Sultan Ibrahim Ismail.
  • Sulaiman Dawud SOURCES OF JOHOR
    Raja 'Ali Haji ibn Ahmad. The Precious Gift (Tuhfat al-Nafis): An annotated translation by Virginia Matheson and Barbara Watson Andaya. Oxford University Press, Kuala Lumpur, 1982.
    S. Samad Ahmad. Kerajaan Johor-Riau. Dewan Bahasa dan Pustaka Kementerian Pelajaran Malaysia, Kuala Lumpur, 1985.
    Leonard Y Andaya. The Kingdom of Johor 1641-1728. Oxford University Press, Kuala Lumpur, 1975.
    Datuk Paul Andresen, Mads Lange fra Bali, og hans efterslægt Sultanerne af Johor. Odense Universitetsforlag, 1992.
    Burke's Peerage, Baronetage and Knightage, Burke's Peerage Ltd. in conjunction with Shaw Publishing Co. Ltd., London, 1959.
    Haji Buyong bin Adil. Sejarah Johor, Dewa Bahasa dan Pustaka, Kuala Lumpur, 1971.
    M.A. Fawzi Basri. Warisah Sejarah Johor, Persatuan Sejarah Malaysia, Kuala Lumpur, 1983.
    Ensiklopedia Sejarah dan Kebudayaan Melayu, Dewan Bahasa dan Pustaka Kementerian Pendidikan Malaysia, Kuala Lumpur, 1995.
    The Leaders of Malaya and Who's Who 1957-1958, J. Victor Morais, Kuala Lumpur, 1958.
    W. Linehan, M.A., M.C.S., "A History of Pahang", Journal of the Malayan Branch of the Royal Asiatic Society, Volume XIV, Part 2, 1936.
    Persatuan Zuriat Ungku Abdullah (PEZUA), Malaysia. September 2007.
    Captain H.M. Said. Genealogical Tree of the Johore Royal Families, Government Printing Office, Johore Bahru, 1923.
    Shaharil Talib. After its own Image, The Trengganu Experience 1881-1941. Oxford University Press, Singapore, 1984.
    The Leaders of Malaya and Who's Who 1957-1958, J. Victor Morais, Kuala Lumpur, 1958.
    Who's Who in Malaysia and guide to Singapore, J. Victor Morais, Kuala Lumpur, 1967-1978.
    Datin Melba Walker Ibrahim. The Prince and Datin Melba. Dorrance Publishing Co., Inc., Pittsburg, Pennsylvania, 2001.
    R.O. Winstedt. "A History of Johore (1365-1895)", Journal of the Malayan Branch of the Royal Asiatic Society, Volume X, Part 3, 1932.
  • Uwais Al Qarni Ilmu yg berguna...
  • Abdul Rahim Yem Sejarah Tu..Rakyat Johor harus Tau...
  • Karaton Nusantara setahu kami asal muasal suku Bugis Wajo + suku Bugis Sinjai yang berada di Johor dan kedatangan mereka lebih terkemudian kerana terawal adalah suku Bugis Luwu + suku Bugis Bone yang lebih awal lagi suku Bugis Bone + suku Bugis Gowa/Makkassar (Ujung Padang)....
  • Karaton Nusantara setahu kami Opu Daeng 5 Bersaudara daripada suku Bugis Luwu....
  • Karaton Nusantara setahu kami yang datang awal semasa Empayar Melaka adalah suku Bugis Bone + suku Bugis Gowa/Makkasar (Ujung Padang)...
  • Tun Mohd Hilmi opu 5 bersaudara .. anak kepada daeng rilaka.. cucu kepada la maddusila .. asal makassar.
  • Karaton Nusantara bukan asal Makkasar, mereka asal dari suku Bugis Luwu (Bangsawan Luwu) yang dibawa itu adalah askar/perajurit dari Makkasar (Ujung Padang)...
  • Tun Mohd Hilmi ya sy nak maksudkan itu tadi
  • Adi Sarwajagat Ujung Padang d mana ya...
  • Tun Mohd Hilmi saya dari jurai Opu Pajung bin La Maddusila.
  • Karaton Nusantara itu Opu Pajung bin La Maddusila dari suku Bugis Luwu...
  • Karaton Nusantara Pajung maksudnya Tengku Putera...
  • Karaton Nusantara setahu kami kesultanan Johor asal muasal suku Bugis Wajo (Bangswan Wajo) dan asakar/perajurit dari suku Bugis Sinjai....
  • Karaton Nusantara biasa ada dengar suku Bugis Sinjai menyebut FUNG itu lah keturunan mereka yang tulen di Johor/melaka kebanyakannya...
  • Karaton Nusantara Fung bermaksud Orang Gagah Perkasa...
  • Karaton Nusantara Ujung Padang berada di Wilayah Makkasar... boleh juga Makkasar adalah Ujung Padang bagi nama awal yang disebut kedatangan suku Bugis Gowa itu...
  • Fakhruddin Ibnu Burhan bugis jaman sultan sulaiman..masa johor ni..kan?
  • Fakhruddin Ibnu Burhan sultan johor masa lewat meninggal banyak keluarga atau budayawan di riau dan kepri yg taU
  • Indra Abdul Wahab Maaf jauh dari sasaran......
  • Fakhruddin Ibnu Burhan fase melaka..fase2 dr kampar..fase aceh..fase2 johor bugis..fase2 johor-siak----dan seterusnya..kira2 apakh bgni sejarah johor..kalau secara pribadi johor ini besar sumbangsihnya terhadap bahasa melayu asia tenggara setelah kejatuhan melaka dan pasai..mohon masukanya..saya menghargai sultan johor
  • Indra Abdul Wahab Fasa johor siak kemudian johor bugis.
  • Fakhruddin Ibnu Burhan siak-johor..perang2 elok lg..gambar sultan abu bakar sampai skrg masih ade di istana siak ni..mana kala masa2 kecik dulu sekiatar umur 12 tahun pernah nyambut sultan johor di siak
  • Indra Abdul Wahab FIB : benar seperti dikata. Banyak sumbangsih pada dunia melayu.
  • Fakhruddin Ibnu Burhan terkejut saya dengan istilah purba ni tadi..sangkasa masa sebelum malaka..macamn gangganegara..

  • (PETIKAN DARIPADA WALL SULAIMAN DAWUD)
    30 Disember 2012

0 comments:

Post a Comment

 
;