Indra Utama Nasution and Eva Anggraini Puspanegarawere tagged in Roslilawati Ismail's photo.
Saya ingin para mahasiswa pada saatnya nanti, jika memiliki peluang dan kemampuan untuk ikut mengubah jalannya sejarah, tebuslah apa yang negara berikan kepada kalian, untuk ikut berjuang mengurangi kemiskinan, keterbelakangan dan ketertinggalan.
- Susilo Bambang Yudhoyono -
Nurdin Putera Bone shared Raja Tiworo's photo.
1 hr ·
Adat istiadat di Raja Nusantara indonesia yang harus kita pelihara...
ajaan (Kesultanan) Buton dengan empat Kerajaan penunjangnya (Kerajaan Muna, Kerajaan Tiworo, Kerajaan Kulisusu, Kerajaan Kaledupa) dan Kerajaan Lembopari yang terdiri dari 4 Kemokolean (Kemokolean Rumbia, Kemokolean Poleang, Kemokolean Kabaena). Pada masa yang sama didaratan besar Sultra berdiri Kerajaan Konawe dan Kerajaan Mekongga dan terakhir awal abad ke 19 berdiri Kerajaan Laiwoei. Sepanjang 7 abad perjalanan kehidupan di Sulawesi Tenggara telah hidup adat-istiadat yang menjadi hukum adat sebagai identitas dan sumber kepribadian masyarakat Sulawesi Tenggara hingga kini. Oleh sebab itu Seluruh Sulawesi Tenggara adalah wilayah kultural masa lampau yang hingga kini nilai-nilai, norma-norma dan kearifan hukum adat-istiadatnya masih terpelihara dan tertanam dalam hati setiap masyarakat dan tokoh adat Sulawesi Tenggara.
Pemberian Gelar terhadap seorang pejabat tinggi Kerajaan (Negara) pernah berlaku didaerah Sulawesi Tenggara. Hal ini terfakta dengan adanya pemberian Gelar kepada semua Sultan dan Raja yang pernah memerintah, bahkan ada pemberian gelar terhadap tokoh-tokoh terkenal yang menjadi pembela negeri dan rakyat baik semasa masih hidup maupun telah mangkat. Gelar ketika telah mangkat biasanya disebut “Sangia”, misalnya Sangia Kumbewaha dan Sangia Watole di Buton, Sangia Inato, dan Sangia Ngginoburu di Konawe, Sangia Ndudu dan Sangia Nibandera di Kolaka, Sangia Kaindea dan Ompuro Sangia di Muna dll. Gelar sewaktu masih hidup antara lain Dayanu Ihsanuddin, Saqiuddin Daru Alam, Malik Sirullah di Buton, Omputo Nisomba di Muna dll.
Dalam hal pemberian gelar era kekinian dalam hukum adat diatur dengan norma adat “pasalipa” atau “penyelarasan” yang berlaku di Buton yang tentunya di Kerajaan Konawe dan lainnya ada juga norma hukum yang sama seperti demikian itu.
Adapun syarat utama pemberian gelar adat kepada seseorang harus memenuhi syarat adat yaitu :
1. Tokoh yang menjadi pejabat tinggi dan berjasa terhadap negeri dan rakyatnya. Zaman sekarang misalnya Presiden, Menteri-Menteri, Gubernur, dan Bupati.
2. Tokoh harus memiliki kepribadian luhur menurut pandangan adat yang luhur yaitu : arif, jujur, pengayom rakyat atau berkepribadian luhur, tidak pernah dan tidak akan melakukan perbuatan tercela dan menjadi teladan rakyatnya selama hidupnya dan gelarnya akan gugur dengan sendirinya ketika melakukan perbuatan tercela dan pelanggaran hukum.
3. Tokoh yang mampu menjadi pelita (cahaya) keteladanan bagi seluruh rakyatnya.
4. Taat beragama, santun dan menghargai karya siapapun serta selalu meletakkan diri sebagai penengah yang arif, tidak berpihak dan independen dalam menyelesaikan permasalahan urgen atau pertetangan antara kelompok rakyatnya.
5. Dicintai rakyatnya dan dihormati rakyatnya.
Yang berwenang memberikan gelar ialah Majelis Adat dalam Lembaga adat seperti Lembaga Adat Tolaki (LAT) yang tentunya beranggotakan tokoh-tokoh adat Wonua Inti Konawe yang diputuskan dalam musyawara-mufakat. Dalam hal ini kalau di Konawe sah legalitasnya sesuai tradisi harus mendapat persetujuan Tokoh adat dari empat Wonua inti Kemokolean Konawe yang mewakili seluruh wonua yang ada dalam Kerajaan Konawe masa lampau yaitu :
1. Tokoh adat Wonua Latoma yang dahulu dipimpin oleh Buburanda.
2. Tokoh adat Wonua Konawe yang dahulu dipimpin oleh Mokole Ramandalangi.
3. Tokoh Wonua Besulutu yang dahulu dipimpin oleh Mokole Mombeeti.
4. Tokoh Wonua Wawolesea yang dahulu dipimpin oleh Mokole Atitisama.
Apabila semua hal yang diuraikan ini terpenuhi maka Gubernur Sultra H. Nur Alam, SE, Msi, sah dan legitimeit mendapat gelar “Apuno Mokoleno Tolaki” dan tidak dapat diklaim oleh siapapun.
Pemberian gelar “Apuno Mokoleno Tolaki” yang berarti pemimpin semua Mokole Wonua Konawe memiliki konsekwensi bahwa beliau Gubernur H. Nur Alam, SE, Msi, akan menjadi pribadi terbaik di wilayah kultural Sultra dan menjadikan nilai-nilai luhur adat Tolaki sebagai bagian dari kepribadiannya sehari-hari dan sepanjang hidupnya. Ini sangat berat tetapi amat mulia.
Menurut saya secara pribadi pemberian gelar ini cukup layak dan dapat diterima semoga adinda Gubernur H. Nur Alam, SE, Msi akan lebih tercerahkan lahir-batin sebagai figur yang berkepribadian luhur di Sultra. Amin. Penulis adalah generasi asli urutan ke 13 dari Raja Konawe Halu Oleo (1527-1538) berdasarkan silsilah. Salam takzim kepada seluruh Tokoh Konawe yang tergabung dalam Lembaga Adat Tolaki (LAT), lebih khusus kepada Ketua LAT Drs. H. Mansyur Masih, Msi, Keluarga besar Saranani, Keluarga besar Kapita Bondoala dan Buburanda, Keluarga besar Sapati Ranomeeto (Keluarga Raja-Raja Laiwoei), Keluarga besar Konggoasa putra Raja Mekongga Bokeo Latambaga, dan seluruh kerabat keluarga besar Konawe, semoga pemberian gelar ini terlaksana dengan sempurna sesuai ritual adat konawe. Amin. Dari Dr. Hc. H. La Ode Muhammad Syarif Makmun.
Pemberian Gelar terhadap seorang pejabat tinggi Kerajaan (Negara) pernah berlaku didaerah Sulawesi Tenggara. Hal ini terfakta dengan adanya pemberian Gelar kepada semua Sultan dan Raja yang pernah memerintah, bahkan ada pemberian gelar terhadap tokoh-tokoh terkenal yang menjadi pembela negeri dan rakyat baik semasa masih hidup maupun telah mangkat. Gelar ketika telah mangkat biasanya disebut “Sangia”, misalnya Sangia Kumbewaha dan Sangia Watole di Buton, Sangia Inato, dan Sangia Ngginoburu di Konawe, Sangia Ndudu dan Sangia Nibandera di Kolaka, Sangia Kaindea dan Ompuro Sangia di Muna dll. Gelar sewaktu masih hidup antara lain Dayanu Ihsanuddin, Saqiuddin Daru Alam, Malik Sirullah di Buton, Omputo Nisomba di Muna dll.
Dalam hal pemberian gelar era kekinian dalam hukum adat diatur dengan norma adat “pasalipa” atau “penyelarasan” yang berlaku di Buton yang tentunya di Kerajaan Konawe dan lainnya ada juga norma hukum yang sama seperti demikian itu.
Adapun syarat utama pemberian gelar adat kepada seseorang harus memenuhi syarat adat yaitu :
1. Tokoh yang menjadi pejabat tinggi dan berjasa terhadap negeri dan rakyatnya. Zaman sekarang misalnya Presiden, Menteri-Menteri, Gubernur, dan Bupati.
2. Tokoh harus memiliki kepribadian luhur menurut pandangan adat yang luhur yaitu : arif, jujur, pengayom rakyat atau berkepribadian luhur, tidak pernah dan tidak akan melakukan perbuatan tercela dan menjadi teladan rakyatnya selama hidupnya dan gelarnya akan gugur dengan sendirinya ketika melakukan perbuatan tercela dan pelanggaran hukum.
3. Tokoh yang mampu menjadi pelita (cahaya) keteladanan bagi seluruh rakyatnya.
4. Taat beragama, santun dan menghargai karya siapapun serta selalu meletakkan diri sebagai penengah yang arif, tidak berpihak dan independen dalam menyelesaikan permasalahan urgen atau pertetangan antara kelompok rakyatnya.
5. Dicintai rakyatnya dan dihormati rakyatnya.
Yang berwenang memberikan gelar ialah Majelis Adat dalam Lembaga adat seperti Lembaga Adat Tolaki (LAT) yang tentunya beranggotakan tokoh-tokoh adat Wonua Inti Konawe yang diputuskan dalam musyawara-mufakat. Dalam hal ini kalau di Konawe sah legalitasnya sesuai tradisi harus mendapat persetujuan Tokoh adat dari empat Wonua inti Kemokolean Konawe yang mewakili seluruh wonua yang ada dalam Kerajaan Konawe masa lampau yaitu :
1. Tokoh adat Wonua Latoma yang dahulu dipimpin oleh Buburanda.
2. Tokoh adat Wonua Konawe yang dahulu dipimpin oleh Mokole Ramandalangi.
3. Tokoh Wonua Besulutu yang dahulu dipimpin oleh Mokole Mombeeti.
4. Tokoh Wonua Wawolesea yang dahulu dipimpin oleh Mokole Atitisama.
Apabila semua hal yang diuraikan ini terpenuhi maka Gubernur Sultra H. Nur Alam, SE, Msi, sah dan legitimeit mendapat gelar “Apuno Mokoleno Tolaki” dan tidak dapat diklaim oleh siapapun.
Pemberian gelar “Apuno Mokoleno Tolaki” yang berarti pemimpin semua Mokole Wonua Konawe memiliki konsekwensi bahwa beliau Gubernur H. Nur Alam, SE, Msi, akan menjadi pribadi terbaik di wilayah kultural Sultra dan menjadikan nilai-nilai luhur adat Tolaki sebagai bagian dari kepribadiannya sehari-hari dan sepanjang hidupnya. Ini sangat berat tetapi amat mulia.
Menurut saya secara pribadi pemberian gelar ini cukup layak dan dapat diterima semoga adinda Gubernur H. Nur Alam, SE, Msi akan lebih tercerahkan lahir-batin sebagai figur yang berkepribadian luhur di Sultra. Amin. Penulis adalah generasi asli urutan ke 13 dari Raja Konawe Halu Oleo (1527-1538) berdasarkan silsilah. Salam takzim kepada seluruh Tokoh Konawe yang tergabung dalam Lembaga Adat Tolaki (LAT), lebih khusus kepada Ketua LAT Drs. H. Mansyur Masih, Msi, Keluarga besar Saranani, Keluarga besar Kapita Bondoala dan Buburanda, Keluarga besar Sapati Ranomeeto (Keluarga Raja-Raja Laiwoei), Keluarga besar Konggoasa putra Raja Mekongga Bokeo Latambaga, dan seluruh kerabat keluarga besar Konawe, semoga pemberian gelar ini terlaksana dengan sempurna sesuai ritual adat konawe. Amin. Dari Dr. Hc. H. La Ode Muhammad Syarif Makmun.
Indra Utama Nasution shared Roses and Orchids's photo.
3 hrs ·
Buenas noches amigos SAH, gracias por acompañarnos!
Albuca spiralis
Agave reginae
Echinocereus rigidissimus
Echinocereus rigidissimus es una especie botánica de plantas en la familia de las Cactaceae. Es endémica de Chihuahua y Sonora en Méxi...
See MoreEchinocereus rigidissimus es una especie botánica de plantas en la familia de las Cactaceae. Es endémica de Chihuahua y Sonora en Méxi...
Ratu Rimba Niagara and Eva Anggraini Puspanegara shared Aku Cinta Indonesia's photo.
Perih terasa kala busur para pemanah menembus raga hingga menusuk hati,
Kado dari para pemburu pemuas hasrat,,,
Kado dari para pemburu pemuas hasrat,,,
Ratu Rimba Niagara shared Roses's photo.
MAWAR MERAH SASTRA HULUBALANG RATU RIMBA NIAGARA
SETIAP PAGI MAWAR MERAH SELALU DITERIMA RATU RIMBA NIAGARA DARI HULUBALANG ISTANA RIMBA NIAGARA SI KUNTA SI KUNTE TAPI MEREKA BERDUA TELAH HILANG DI PANTAI CINTA OMBAK RINDU TIKA MENCARI MAHKOTA RATU RIMBA NIAGARA YANG HILANG.
RATU RIMBA NIAGARA TERINGATKAN PESANAN TERAKHIR MEREKA...KAMI BERIKAN MAWAR MERAH INI TANDA CINTA KAMI TIDAK AKAN PADAM PADA TUAN PUTRI RIMBA NIAGARA DAN KAMI MAHU TUAN PUTRI SENTIASA BERSEMANGAT UNTUK MENULIS WALAUPUN KAMI SUDAH TIADA DI SISI TUAN PUTRI . TUAN PUTRI INGAT YA MENULIS BUKAN KERANA KAMI TAPI KERANA ALLAH TAALA. KALAU TUAN PUTRI MENULIS KERANA KAMI ITU MAKNANYA TUAN PUTRI MAHUKAN PENGHARGAAN MANUNIA. JIKA MENULIS KERANA MAHUKAN PENGHARGAAN MANUSIA PASTI TUHAN TIDAK AKAN MEMBALAS SEBESAR ZARAH PUN APA YANG TUAN PUTRI TULIS ITU. INGAT ITU PESANAN KAMI TUAN PUTRI. KAMI TAK MAHU KERANA TUAN PUTRI GILAKAN NAMA UNTUK DIJULANG. TUAN PUTRI MENJADI ORANG YANG EGOIS. BILA MENJADI ORANG YANG EGOIS MASUKLAH TUAN PUTRI KEDALAM NERAKA ALLAH. JIKA TUAN PUTRI DIMASUKKAN KE NERAKA GIMANA KAMI DAPAT BERTEMU TUAN PUTRI DI SYURGA NANTI YA. JIKA TUAN PUTRI MENULIS IKHLAS SEMATA MAHUKAN REDHO ALLAH DAN RAHMAT KASIH-NYA TIKA HIDUP DAN MATI IN SHAA ALLAH SYURGALAH TEMPAT TUAN PUTRI IN SHAA ALLAH BERKAT DOA TUAN PUTRI DI SYURGA NANTI...KITA BERTEMU KEMBALI DI SYURGA. PERCAYALAH TUAN PUTRI.....KAMI SAYANG TUAN PUTRI SEPANJANG HAYAT KAMI. JIKA KAMI SUDAH SAYANG KAMI TAK MAHU MELUKAI HATI TUAN PUTRI. APA GUNA KITA HIDUP BERSAMA SALING MELUKAI TAPI BILA MATI NANTI KITA AKAN TINGGALKAN SALING MENYAKITI YANG MEMERITKAN. LEBIH BAIK KITA TIDAK SALING KENAL MENGENAL TUAN PUTRI ASALKAN KITA TIDAK SALING MELUKAKAN SALING MENYAKITI. KITA DIKENALKAN ALLAH SWT UNTUK SALING BERKASIH SAYANG SETULUS HATI DAN SALING MENGHARGAI SEPANJANG HIDUP . JANJI ALLAH ITU PASTI . JADIKANLAH HIDUP TUAN PUTRI BERBAKTI DALAM BERAMAL. " ALLLAHU AKBAR."
KARYA RATU RIMBA NIAGARA
22 JAMADILAKHIR 1435H
22 APRIL 2014
SETIAP PAGI MAWAR MERAH SELALU DITERIMA RATU RIMBA NIAGARA DARI HULUBALANG ISTANA RIMBA NIAGARA SI KUNTA SI KUNTE TAPI MEREKA BERDUA TELAH HILANG DI PANTAI CINTA OMBAK RINDU TIKA MENCARI MAHKOTA RATU RIMBA NIAGARA YANG HILANG.
RATU RIMBA NIAGARA TERINGATKAN PESANAN TERAKHIR MEREKA...KAMI BERIKAN MAWAR MERAH INI TANDA CINTA KAMI TIDAK AKAN PADAM PADA TUAN PUTRI RIMBA NIAGARA DAN KAMI MAHU TUAN PUTRI SENTIASA BERSEMANGAT UNTUK MENULIS WALAUPUN KAMI SUDAH TIADA DI SISI TUAN PUTRI . TUAN PUTRI INGAT YA MENULIS BUKAN KERANA KAMI TAPI KERANA ALLAH TAALA. KALAU TUAN PUTRI MENULIS KERANA KAMI ITU MAKNANYA TUAN PUTRI MAHUKAN PENGHARGAAN MANUNIA. JIKA MENULIS KERANA MAHUKAN PENGHARGAAN MANUSIA PASTI TUHAN TIDAK AKAN MEMBALAS SEBESAR ZARAH PUN APA YANG TUAN PUTRI TULIS ITU. INGAT ITU PESANAN KAMI TUAN PUTRI. KAMI TAK MAHU KERANA TUAN PUTRI GILAKAN NAMA UNTUK DIJULANG. TUAN PUTRI MENJADI ORANG YANG EGOIS. BILA MENJADI ORANG YANG EGOIS MASUKLAH TUAN PUTRI KEDALAM NERAKA ALLAH. JIKA TUAN PUTRI DIMASUKKAN KE NERAKA GIMANA KAMI DAPAT BERTEMU TUAN PUTRI DI SYURGA NANTI YA. JIKA TUAN PUTRI MENULIS IKHLAS SEMATA MAHUKAN REDHO ALLAH DAN RAHMAT KASIH-NYA TIKA HIDUP DAN MATI IN SHAA ALLAH SYURGALAH TEMPAT TUAN PUTRI IN SHAA ALLAH BERKAT DOA TUAN PUTRI DI SYURGA NANTI...KITA BERTEMU KEMBALI DI SYURGA. PERCAYALAH TUAN PUTRI.....KAMI SAYANG TUAN PUTRI SEPANJANG HAYAT KAMI. JIKA KAMI SUDAH SAYANG KAMI TAK MAHU MELUKAI HATI TUAN PUTRI. APA GUNA KITA HIDUP BERSAMA SALING MELUKAI TAPI BILA MATI NANTI KITA AKAN TINGGALKAN SALING MENYAKITI YANG MEMERITKAN. LEBIH BAIK KITA TIDAK SALING KENAL MENGENAL TUAN PUTRI ASALKAN KITA TIDAK SALING MELUKAKAN SALING MENYAKITI. KITA DIKENALKAN ALLAH SWT UNTUK SALING BERKASIH SAYANG SETULUS HATI DAN SALING MENGHARGAI SEPANJANG HIDUP . JANJI ALLAH ITU PASTI . JADIKANLAH HIDUP TUAN PUTRI BERBAKTI DALAM BERAMAL. " ALLLAHU AKBAR."
KARYA RATU RIMBA NIAGARA
22 JAMADILAKHIR 1435H
22 APRIL 2014
23 Jamadilakhri 1435H
23 April 2014
0 comments:
Post a Comment