MENULIS APA ?
by Haidi Yan on Wednesday, September 28, 2011 at 10:33am
Pagi ini adalah jadwal latihan rutin untuk menulis, tapi menulis apa ? Belum ada ide. Ah bukan, cuma belum ada sesuatu yang membangkitkan memori di dalam otak ku saja. Coba bawa keliling sebentar ke bawah bukit sana, mungkin ada suatu getaran yang mampu menyentuh mata ku kemudian di respon oleh syaraf-syarat sehingga sampai ke otak, kemudian akan menggerakan seluruh indra ku untuk menulis sesuatu yang menarik untuk di tulis.
Tetapi sebagai latihan, aku harus menulis minimal tiga puluh menit, apa saja, yang penting tulis dulu, hasilnya bisa di edit kemudian. Tulis saja apa yang ada dalam pikiran saat itu, nanti akan jalan sendiri jika sudah terbiasa, itu yang sering dikatakan orang-orang. Tapi memang benar, karena menulis lebih layak jika di katakan menjalankan dua latihan sekaligus.
Pertama latihan menulis itu sendiri, tapi itu jika menulis dengan menggunakan pensil, pulpen atau pena, atau alat tulis sejenisnya. Tapi jika menulis dengan komputer, apa juga di katakan menulis? Entahlah, tapi paling tidak melatih jari-jari untuk terus bergerak menghapalkan letak tombol-tombol yang ada di komputer itu. cocok juga jika di katakan latihan mengetik tapi bukan menulis dengan pensil tentunya.
Kemudian latihan yang berikutnya adalah latihan membaca, karena jika menulis pasti sambil membaca. Terus bagaimana dengan orang yang tidak melihat, mereka menulis dengan menggunakan huruf timbul atau braile, apakah mereka menulis sambil membaca. Walaupun mereka bukan menulis seperti yang umum dilakukan orang-orang yang bisa melihat dengan menggunakan mata, karena mereka tidak menggunakan pensil atau pena, tetapi mereka menggunakan alat seperti paku untuk melubangi kertas, tapi tetap saja mereka menulis dan sekaligus membaca, cuma cara menulis dan alat yang dipergunakan saja berbeda, mereka juga tetap membaca, cuma indra yang dipergunakan saja berbeda, ketika orang yang bisa melihat dengan mata membaca tulisan dengan indra penglihatan, sedangkan mereka menggunakan indra peraba di ujung jari untuk membaca, atau saat itu mereka menggunakan jari sebagai pengganti fungsi mata.
Teringat kata menulis, jadi terbayang waktu masih di sekolah dasar dulu, waktu itu ada sutu pelajaran untuk menulis indah, dalam pelajaran tersebut murid diharuskan untuk menulis dengan huruf sebagus-bagusnya. Memang tidak banyak yang harus di tulis, hanya beberapa kalimat, tatapi harus dengan huruf yang indah sesuai dengan ketentuan penulisan huruf. Mungkin sekarang ini pelajaran itu sudah tidak lagi ada di sekolah-sekolah, karena tampaknya banyak sekali tulisan anak-akan sekarang yang tidak sesuai ketentuan penulisan huruf, yaa...termasuk tulisan anak saya sendiri sangat jauh dari ketentuan penulisan huruf.
Bukan maksud mengkritik sistem pebelajaran sekarang ini, tetapi tampaknya anak-anak di sekolah dasar lebih ditekankan banyak membaca daripada menulis. Sebagai contoh, setiap murid harus memiliki buku Mata Pelajaran tertentu, kemudian apabila ada tugas dari pihak guru, murid cukup mengerjakan langsung di buku Mata Pelajaran tersebut, dan di dalam buku tidak disediakan ruangan untuk menulis lebih banyak, terkadang ada yang hanya melingkari atau memberi tanda lainnya pada jawaban yang benar, atau mengisi hasil akhir dari suatu tes soal.
Sementara menulis dalam pengertian ini bukan menulis dengan menggunakan pensil atau pena dengan hasil tulisan berbentuk huruf indah. Cocok sekali jika dikatakan menuliskan yang apa diinginkan, atau apa yang dipikirkan ke dalam bentuk tulisan, bukan dalam bentuk gambar atau benda. Mungkin dulu sering disebut dengan pelajaran mengarang. Murid dibawa keluar kelas untuk melihat sesuatu di sekitarnya kemudian kembali ke dalam kelas untuk menuliskan apa yang tadi di lihatnya, atau di pikirkannya, atau murid diberi tugas untuk menuliskan pengalaman selama liburan sekolah dalam bentuk karangan dan pada awal masuk sekolah tulisan atau karangan tersebut di kumpulkan dan bahkan harus di baca di depan kelas. Itu kan...dulu jaman saya masih sekolah. Sekarang apa masih ada pelajaran semacam itu?
Tetapi sebagai tambahan pertahuan untuk saya, jika mempunyai anak, latihlah untuk menulis, karena jika menulis akan melatih indra-indra yang lain, dan termasuk untuk melatih membaca, bahkan bukan hanya membaca apa yang tertulis tetapi juga sekaligus membaca yang tertulis dengan hati dan perasaan.
By : Haidi (2011.09.28
Tetapi sebagai latihan, aku harus menulis minimal tiga puluh menit, apa saja, yang penting tulis dulu, hasilnya bisa di edit kemudian. Tulis saja apa yang ada dalam pikiran saat itu, nanti akan jalan sendiri jika sudah terbiasa, itu yang sering dikatakan orang-orang. Tapi memang benar, karena menulis lebih layak jika di katakan menjalankan dua latihan sekaligus.
Pertama latihan menulis itu sendiri, tapi itu jika menulis dengan menggunakan pensil, pulpen atau pena, atau alat tulis sejenisnya. Tapi jika menulis dengan komputer, apa juga di katakan menulis? Entahlah, tapi paling tidak melatih jari-jari untuk terus bergerak menghapalkan letak tombol-tombol yang ada di komputer itu. cocok juga jika di katakan latihan mengetik tapi bukan menulis dengan pensil tentunya.
Kemudian latihan yang berikutnya adalah latihan membaca, karena jika menulis pasti sambil membaca. Terus bagaimana dengan orang yang tidak melihat, mereka menulis dengan menggunakan huruf timbul atau braile, apakah mereka menulis sambil membaca. Walaupun mereka bukan menulis seperti yang umum dilakukan orang-orang yang bisa melihat dengan menggunakan mata, karena mereka tidak menggunakan pensil atau pena, tetapi mereka menggunakan alat seperti paku untuk melubangi kertas, tapi tetap saja mereka menulis dan sekaligus membaca, cuma cara menulis dan alat yang dipergunakan saja berbeda, mereka juga tetap membaca, cuma indra yang dipergunakan saja berbeda, ketika orang yang bisa melihat dengan mata membaca tulisan dengan indra penglihatan, sedangkan mereka menggunakan indra peraba di ujung jari untuk membaca, atau saat itu mereka menggunakan jari sebagai pengganti fungsi mata.
Teringat kata menulis, jadi terbayang waktu masih di sekolah dasar dulu, waktu itu ada sutu pelajaran untuk menulis indah, dalam pelajaran tersebut murid diharuskan untuk menulis dengan huruf sebagus-bagusnya. Memang tidak banyak yang harus di tulis, hanya beberapa kalimat, tatapi harus dengan huruf yang indah sesuai dengan ketentuan penulisan huruf. Mungkin sekarang ini pelajaran itu sudah tidak lagi ada di sekolah-sekolah, karena tampaknya banyak sekali tulisan anak-akan sekarang yang tidak sesuai ketentuan penulisan huruf, yaa...termasuk tulisan anak saya sendiri sangat jauh dari ketentuan penulisan huruf.
Bukan maksud mengkritik sistem pebelajaran sekarang ini, tetapi tampaknya anak-anak di sekolah dasar lebih ditekankan banyak membaca daripada menulis. Sebagai contoh, setiap murid harus memiliki buku Mata Pelajaran tertentu, kemudian apabila ada tugas dari pihak guru, murid cukup mengerjakan langsung di buku Mata Pelajaran tersebut, dan di dalam buku tidak disediakan ruangan untuk menulis lebih banyak, terkadang ada yang hanya melingkari atau memberi tanda lainnya pada jawaban yang benar, atau mengisi hasil akhir dari suatu tes soal.
Sementara menulis dalam pengertian ini bukan menulis dengan menggunakan pensil atau pena dengan hasil tulisan berbentuk huruf indah. Cocok sekali jika dikatakan menuliskan yang apa diinginkan, atau apa yang dipikirkan ke dalam bentuk tulisan, bukan dalam bentuk gambar atau benda. Mungkin dulu sering disebut dengan pelajaran mengarang. Murid dibawa keluar kelas untuk melihat sesuatu di sekitarnya kemudian kembali ke dalam kelas untuk menuliskan apa yang tadi di lihatnya, atau di pikirkannya, atau murid diberi tugas untuk menuliskan pengalaman selama liburan sekolah dalam bentuk karangan dan pada awal masuk sekolah tulisan atau karangan tersebut di kumpulkan dan bahkan harus di baca di depan kelas. Itu kan...dulu jaman saya masih sekolah. Sekarang apa masih ada pelajaran semacam itu?
Tetapi sebagai tambahan pertahuan untuk saya, jika mempunyai anak, latihlah untuk menulis, karena jika menulis akan melatih indra-indra yang lain, dan termasuk untuk melatih membaca, bahkan bukan hanya membaca apa yang tertulis tetapi juga sekaligus membaca yang tertulis dengan hati dan perasaan.
By : Haidi (2011.09.28
0 comments:
Post a Comment