Saturday 13 July 2013

NASKAH KUNO MILIK KERAJAAN KESULTANAN INDRAPURA ABAD KE-9 TAHUN 1891 NASKAH MODEN MILIK KERAJAAN RATU RIMBA NIAGARA ABAD KE-21 TAHUN 2011


NASKAH KUNO MILIK KERAJAAN KESULTANAN INDRAPURA ABAD KE-9 TAHUN 1891
NASKAH MODEN MILIK KERAJAAN RATU RIMBA NIAGARA ABAD KE-21 TAHUN 2011

Ratu Rimba Niagara shared Kesultanan Indrapura's photo.

KELOMPOK Kajian Puitika (KKP) Fakultas Sastra (FS) Universitas Andalas (Unand) > Naskah kuno sepanjang 5,07 meter, lebar 57,2 cm, milik Kerajaan Kesultanan Indrapura yang berdiri antara abad ke-9 s-d tahun 1891.

“Dari catatan seluruh manuskrip kuno yang sudah ditemukan dan diteliti, inilah naskah terpanjang yang pernah diteliti,” kata M.Yusuf, dosen FS Unand, anggota KKP kepada Media, Jumat (23/7/2004).

Naskah yang sudah diteliti para dosen tersebut dipamerkan di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah, Jakarta, . Semenjak Senin hingga Rabu (26-28 Juli 2004) , di UIN berlangsung Simposium Internasional ke-8 Pernaskahan Even tersebut diadakan Masyarakat Pernaskahan Nusantara (MANASSA) dan UIN, bekerja sama dengan sejumlah lembaga.

Pada Sabtu (17/7) , M. Yusuf bersama beberapa dosen lainnya: Yusriwal, Adriyetti Amir dan Zuriati serta tokoh silat Sumbar Emral Djamal Datuk Rajo Mudo yang juga dosen luar biasa di FS Unand, termasuk Media mengunjungi pusat kerajaan Indrapura itu, sekitar 180 km di selatan Kota Padang.

Dalam rombongan satu mobil tersebut, turut serta Soeltan Boerhanoedin gelar Soeltan Alamsjah Firmansjah. Dia adalah pewaris Kerajaan Kesultanan Indrapura, pemilik naskah kuno berupa ranji silsilah kerajaan maritim tersebut. Perjalanan bersama Soeltan Boerhanoedin, bertujuan menjemput dan mendokumentasikan naskah milik Soeltan.

Naskah ini diterima Soeltan dari ibunya Putri Gindan Dewi Alam, bertuliskan Bahasa Jawi: bahasa Melayu, tulisan Arab. Di bagian atas tertulis judul naskah : Silsilah Kerajaan Kesultanan Indrapura. Dalam naskah terdapat 33 nama rajanya, semenjak Sultan Jamalul Alam yang mendirikan kerajaan pada abad ke-9 hingga raja terakhirnya Sultan Daulat Muhammad Bakie gelar Sultan Firmansyah Alam yang memerintah hingga 1891.

Di samping itu, terdapat ratusan nama keluarga kerajaan dan bundo kanduang serta keterangan tentang wilayah, lambang, jimat, dukun dan pelindung kerajaan berupa dua jin Islam. Semuanya, dihiasi garis dan dekorasi berwarna merah, kuning, hitam, hijau dan emas.

Menurut Yusuf, penelusurannya bersama beberapa dosen FS Unand semenjak 1996 hingga Februari 2004, sudah menemukan sekitar 200-an naskah tulisan tangan kuno. “Naskah kuno yang sudah diteliti banyak memberikan masukan baru dalam sejarah nusantara,” katanya. Di antaranya, ya naskah silsilah Kerajaan Kesultanan Indrapura yang menguatkan keberadaan kerajaan tersebut. Padahal, selama ini kerajaan itu tak tercatat dalam sejarah Indonesia. “Naskah itu membawa pesan sejarah,” katanya.

Jumlah naskah yang ditemukan para peneliti, menambah khazanah naskah kuno asal Minangkabau yang sudah ditemukan. Sebelumnya, hasil penelitian Zuriati menghitung ada 371 manuskrip Minangkabau yang sebagian besar terdapat di Belanda, Inggris, Jerman dan Malaysia. Hanya 78 di antaranya, yang terdapat di Perpustakaan Nasional Jakarta.

Yusuf yang mengecap pendidikan magister filologi (studi tentang manuskrip tulisan tangan) di Universitas Leiden, Belanda dan Universitas Indonesia (UI) tersebut mengatakan, metode untuk mengetahui umur sebuah naskah, bisa dilihat dari cap air pada kertas yang dipakai. “Kertas produksi Eropa dan China abad ke-16 sampai ke-19 selalu punya lambang khusus seperti singa, gajah atau beberapa lambang lainnya, ketika kita menghadapkan kertas pada cahaya. Manuskrip itu biasanya ditulis takkan lama setelah tahun pembuatan kertas.”

Selain itu juga bisa diketahui berdasar catatan dalam naskah. “Biasanya dalam naskah ada catatan kapan naskah mulai ditulis atau disalin, kapan selesai, serta tempatnya. Atau bisa juga diketahui dari bukti-bukti dalam naskah yang bisa dikaitkan dengan peristiwa atau hal lain di luar naskah itu,” jelas Yusuf.

Naskah kuno, menurut Yusuf, bukan hanya ditulis di atas kertas, tapi juga di atas daun lontar, bambu, tanduk, kulit binatang, kulit kayu atau kertas deluang (kertas dari serat kayu). Tapi, yang ditemukannya, mayoritas ditulis di atas kertas. “Sekitar 80 persen berisi tentang persoalan agama Islam (syara’) yang lainnya soal adat Minangkabau,” kata Yusuf.

Selain menjadi fakta yang amat berguna untuk penulisan sejarah, dari seluruh naskah temuan peneliti, bisa disimpulkan, adanya keterkaitan yang erat antara syara’ dengan adat Minangkabau. “Naskah yang dengan tulisan arab dan bahasa melayu (jawi) yang ditulis kaum agama juga menyinggung persoalan adat. Demikian juga naskah yang ditulis kaum adat tak bisa melepaskan diri dari agama Islam.”

Dengan demikian, filosofi adat basandi (bersendi) syara’, syara basandi kitabullah (Alquran), yang dianut orang Minang, terbukti dalam catatan naskah tersebut. Penulisan dan penyalinan naksah tersebut, menurut Yusuf, mayoritas bertujuan sebagai medium penyampai ajaran.

Buktinya, di surau-surau tua di pelosok Sumbar, naskah-naskah tua itu masih dipelajari oleh penganut paham tarikat. “Selain itu, setelah mempelajari berbagai naskah, kami menemukan, ternyata masuknya Islam ke Minangkabau bukan saja dari pesisir barat Sumbar, namun juga dari pantai timur di Riau,” ungkapnya. (MELAYU TINGGI KAMPUNG DALAM KERAJAAN USALI KESULTANAN INDERAPURA)
KELOMPOK Kajian Puitika (KKP) Fakultas Sastra (FS) Universitas Andalas (Unand) > Naskah kuno sepanjang 5,07 meter, lebar 57,2 cm, milik Kerajaan Kesultanan Indrapura yang berdiri antara abad ke-9 s-d tahun 1891.

“Dari catatan seluruh manuskrip kuno yang sudah ditemukan dan diteliti, inilah naskah terpanjang yang pernah diteliti,” kata M.Yusuf, dosen FS Unand, anggota KKP kepada Media, Jumat (23/7/2004).

Naskah yang sudah diteliti para dosen tersebut dipamerkan di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah, Jakarta, . Semenjak Senin hingga Rabu (26-28 Juli 2004) , di UIN berlangsung Simposium Internasional ke-8 Pernaskahan Even tersebut diadakan Masyarakat Pernaskahan Nusantara (MANASSA) dan UIN, bekerja sama dengan sejumlah lembaga.

Pada Sabtu (17/7) , M. Yusuf bersama beberapa dosen lainnya: Yusriwal, Adriyetti Amir dan Zuriati serta tokoh silat Sumbar Emral Djamal Datuk Rajo Mudo yang juga dosen luar biasa di FS Unand, termasuk Media mengunjungi pusat kerajaan Indrapura itu, sekitar 180 km di selatan Kota Padang.

Dalam rombongan satu mobil tersebut, turut serta Soeltan Boerhanoedin gelar Soeltan Alamsjah Firmansjah. Dia adalah pewaris Kerajaan Kesultanan Indrapura, pemilik naskah kuno berupa ranji silsilah kerajaan maritim tersebut. Perjalanan bersama Soeltan Boerhanoedin, bertujuan menjemput dan mendokumentasikan naskah milik Soeltan.

Naskah ini diterima Soeltan dari ibunya Putri Gindan Dewi Alam, bertuliskan Bahasa Jawi: bahasa Melayu, tulisan Arab. Di bagian atas tertulis judul naskah : Silsilah Kerajaan Kesultanan Indrapura. Dalam naskah terdapat 33 nama rajanya, semenjak Sultan Jamalul Alam yang mendirikan kerajaan pada abad ke-9 hingga raja terakhirnya Sultan Daulat Muhammad Bakie gelar Sultan Firmansyah Alam yang memerintah hingga 1891.

Di samping itu, terdapat ratusan nama keluarga kerajaan dan bundo kanduang serta keterangan tentang wilayah, lambang, jimat, dukun dan pelindung kerajaan berupa dua jin Islam. Semuanya, dihiasi garis dan dekorasi berwarna merah, kuning, hitam, hijau dan emas.

Menurut Yusuf, penelusurannya bersama beberapa dosen FS Unand semenjak 1996 hingga Februari 2004, sudah menemukan sekitar 200-an naskah tulisan tangan kuno. “Naskah kuno yang sudah diteliti banyak memberikan masukan baru dalam sejarah nusantara,” katanya. Di antaranya, ya naskah silsilah Kerajaan Kesultanan Indrapura yang menguatkan keberadaan kerajaan tersebut. Padahal, selama ini kerajaan itu tak tercatat dalam sejarah Indonesia. “Naskah itu membawa pesan sejarah,” katanya.

Jumlah naskah yang ditemukan para peneliti, menambah khazanah naskah kuno asal Minangkabau yang sudah ditemukan. Sebelumnya, hasil penelitian Zuriati menghitung ada 371 manuskrip Minangkabau yang sebagian besar terdapat di Belanda, Inggris, Jerman dan Malaysia. Hanya 78 di antaranya, yang terdapat di Perpustakaan Nasional Jakarta.

Yusuf yang mengecap pendidikan magister filologi (studi tentang manuskrip tulisan tangan) di Universitas Leiden, Belanda dan Universitas Indonesia (UI) tersebut mengatakan, metode untuk mengetahui umur sebuah naskah, bisa dilihat dari cap air pada kertas yang dipakai. “Kertas produksi Eropa dan China abad ke-16 sampai ke-19 selalu punya lambang khusus seperti singa, gajah atau beberapa lambang lainnya, ketika kita menghadapkan kertas pada cahaya. Manuskrip itu biasanya ditulis takkan lama setelah tahun pembuatan kertas.”

Selain itu juga bisa diketahui berdasar catatan dalam naskah. “Biasanya dalam naskah ada catatan kapan naskah mulai ditulis atau disalin, kapan selesai, serta tempatnya. Atau bisa juga diketahui dari bukti-bukti dalam naskah yang bisa dikaitkan dengan peristiwa atau hal lain di luar naskah itu,” jelas Yusuf.

Naskah kuno, menurut Yusuf, bukan hanya ditulis di atas kertas, tapi juga di atas daun lontar, bambu, tanduk, kulit binatang, kulit kayu atau kertas deluang (kertas dari serat kayu). Tapi, yang ditemukannya, mayoritas ditulis di atas kertas. “Sekitar 80 persen berisi tentang persoalan agama Islam (syara’) yang lainnya soal adat Minangkabau,” kata Yusuf.

Selain menjadi fakta yang amat berguna untuk penulisan sejarah, dari seluruh naskah temuan peneliti, bisa disimpulkan, adanya keterkaitan yang erat antara syara’ dengan adat Minangkabau. “Naskah yang dengan tulisan arab dan bahasa melayu (jawi) yang ditulis kaum agama juga menyinggung persoalan adat. Demikian juga naskah yang ditulis kaum adat tak bisa melepaskan diri dari agama Islam.”

Dengan demikian, filosofi adat basandi (bersendi) syara’, syara basandi kitabullah (Alquran), yang dianut orang Minang, terbukti dalam catatan naskah tersebut. Penulisan dan penyalinan naksah tersebut, menurut Yusuf, mayoritas bertujuan sebagai medium penyampai ajaran.

Buktinya, di surau-surau tua di pelosok Sumbar, naskah-naskah tua itu masih dipelajari oleh penganut paham tarikat. “Selain itu, setelah mempelajari berbagai naskah, kami menemukan, ternyata masuknya Islam ke Minangkabau bukan saja dari pesisir barat Sumbar, namun juga dari pantai timur di Riau,” ungkapnya. (MELAYU TINGGI KAMPUNG DALAM KERAJAAN USALI KESULTANAN INDERAPURA)
Unlike · · Share · Promote · 18 minutes ago · 
You like this.

Ratu Rimba Niagara You, Rubianto Tanoto, Kesultanan Indrapura and 51 others like this.
2 shares

Lim Kee Soon Tahniah Ranji Silsilah kesultanan Inderapura.
March 25 at 12:11am · Like · 2

Ustadz Azmi Ulim Subhaanallah, Kebenaran tetap benar...
Selalu menjadi pelajaran bagi orang yang mencari kebenaran
4 hours ago · Like · 3

Adi Fa tahnia unytuk Kesultanan Indrapura
4 hours ago · Like · 2

Kesultanan Indrapura Penduduk aslinya adalah orang-orang Melayu dari pedalaman Sumatera dan orang-orang kepulauan lainnya di sekitar perairan Nusantara yang datang dan menetap di tepi-tepi pantai atau pulau pulau sekitarnya
4 hours ago · Like · 2

Kesultanan Indrapura Kertas Kerja tulisan Djanuir Chalifah St. Indera tentang Sejarah Kerajaan Indrapura yang disampaikan dalam Seminar Sejarah dan Kebudayaan Minangkabau (1970) : Indrapura adalah sosok pintu yang rumit menutupi latar belakang tonggak-tonggak sejarah Minangkabau di Sumatera Barat dan sejarah Islam Nusantara, pada zamannya. Menyimpan banyak rahasia kejayaan dan kekayaan pulau Sumatera.
4 hours ago · Like · 2

Daeng Khamshah Subhaanallah....kebenaran tetap kebenaran tidak bisa di tipu, gimana pula tentang ranji silsilah sriwijaya yg belum terungkap lagi?
4 hours ago via mobile · Like · 4

Kesultanan Indrapura Indrapura, Pusat Negeri Pagar Dewa yang terlupakan, panglima besar yang gagah berani di daratan, penguasa laut pesisir barat Sumatera khususnya pesisir barat Minangkabau, dan “raja dewa” yang pada zamannya mewarisi “kekuatan langit sejati” sebagai Khalifatul Alam. Memiliki Tujuh Makam Kedudukan Raja berupa Pandam Pakuburan Raja-raja Nan Basasok Bajarami, disebut sebagai ustano basa atau tepat gobah keramat, situs purbakala yang menjadi bukti sejarah raja-raja dan sultan-sultan usali (asli) negeri ini.
4 hours ago · Like · 4

Daeng Khamshah Sampai Sekarang Masih Belum Ada Yg Bisa Menjawab Soalan Sy, Dimanakah Terletaknya Makam Parameswara / Sri Maharaja Sultan Iskandar Dzulkarnain Alamshah Tribuana...
4 hours ago via mobile · Like · 4

Bung Yus Nukilan sejarah yang sangat luar biasa,selalu terabaikan oleh negara, salut kepada ahli waris yang telah menyelamatkan harta yang tak ternilai harganya itu,..
4 hours ago · Like · 2

Kesultanan Indrapura Sebuah dokumen penting yang menjadi saksi keberadaan Kesultanan Indrapura di masa lalu, yang sekarang tersimpan dengan rapinya oleh ahli waris zuriat keturunan Sulthan-Sulthan Indrapura yang perlu penelaahan lebih lanjut, adalah sebuah Ranji Salasilah Sulthan-sulthan Indrapura yang panjangnya sekitar 5,5 m, lebar kurang lebih 65 cm. 
Disimpan dalam sebuah tabung yang terbuat dari seng-plat tua. Batang Ranji diukir dalam garis-garis dan lingkaran yang cukup indah dan mempesona. Ditulis dalam huruf Arab bahasa Melayu yang rapi dan indah pada kertas tua warna kecoklat-coklatan yang keadaanya sudah lapuk, sehingga perlu diberi lapisan kertas baru, terekat rapi sebagai penguat dibagian belakang kertas ranji. 
Penulis buat pertama kalinya membaca manuskrip ranji ini dan kemudian menyalin dan mengalih tulis ke dalam tulisan latin di bulan Oktober 1989, atas izin ahli warisnya, Sultan Boerhanoeddin Gelar Sultan Firmansyah Alamsyah (67 tahun), Pucuk Adat Kampung Dalam Indrapura, di Pesisir Selatan. 
Keturunan terakhir dari bekas Kerajaan Kesultanan Indrapura yang tertulis dalam Ranji Asli, ialah Putri Gindam Dewi Alam Indrapura, bersama saudaranya Sultan Setiawansyah Indrapura. Keduanya adalah anak kandung dari Putri Nurmidah Gumala Indrapura, dan cucu dari Putri Zainab Cakra Alam Indrapura. 
Sementara Putri Zainab ini adalah adik kandung dari Putri Bangun Raja Perempuan Indrapura, yang melahirkan Sultan Mohammad Baki Gelar Sultan Firmansyah, Raja dan Sultan terakhir yang memerintah dari sejarah perjalanan Kerajaan Usali Kesultanan Indrapura dari abad IX M s.d 1891 M.
3 hours ago · Like · 4

Bung Yus Subbahanaullah,....
3 hours ago · Like · 2

Ratu Rimba Niagara Subhanallah terlalulah panjang naskah kuno ini. Ditakdir dapat melihatnya pasti pengalaman yang indah.

Allah juga takdirkan Ratu Rimba Niagara menjadi Pujangga Nusantara..menulsi puisi gurindam syair pantun untuk Raja, Pahlawan, Pemimpin dan Rakyat Nusantara andainya dijadikan 
naskah moden panjangnya sama agaknya. Subhanallah 
Kuasa Allah mengatasi segala-Nya.

Barulah dipahami kenapa sejak dulu lagi hati ini sudah jatuh hati dengan sejarah raja dan pahlawan nusantara rupanya dengan izin-Nya jua mengarangkan naskah pujangga moden nusantara.
Itulah takdir yang kuterima apabila sudah ditakdirkan ke atasku.
Redho akan takdir itulah yang amat membahagiakanku sebagai seorang penulis ....biarpun bukan berasal dari bumi ibu pertiwi nusantara....

Memang sukar dipercayai dari segi logik...tapi bila dipikirkan 
bilamana Allah berkehendak tiada siapa yang boleh menghalang-Nya...makanya kuredho atas Kehendak-Nya aku menjadi pujangga menuliskan kisah-kisah fisabilillah raja dan pahlawan nusantara...Itulah hakikatnya itulah takdir dari-Nya yang harus kuterima dengan redho tanpa ada rasa keraguan lagi.
3 hours ago · Edited · Like · 4

Kesultanan Indrapura FALSAFAH RAJA KERAJAAN USALI KESULTANAN INDERAPURA “Raja Indrapura adalah Raja Syarak Patah Tumbuh Hilang Berganti, Hilang Raja Berganti Raja. Beredar Raja dengan Syarak, Berdestar Syahid Syabilillah, Bersatu Sultan dengan Rakyat, Beredar Sultan dengan Adat, Beredar Sanak Kemenakan dengan Adat Pusaka. Mengitari Bumi se-Petalo Langit, ke Bawah Dalam, ke Awang Tinggi , Pergi Satu, Tumbuh Seribu, Sebanyak Pasir di tepi laut,. Hati bagai Sega! Air Laut kan ganti Tintanya, Air Tawar kan ganti Gencunya, kan pembuat Riwayat Tanah Alam, untuk diingat-ingatkan dikala sekarang, dikala nanti, karena syarak punya Bersama, Allah Ta’ala menjadikannya.”
3 hours ago · Unlike · 5

Bung Yus pengen datang berkunjung,
3 hours ago · Like · 2

Bharu Klinthing saya punya sebuah manuskrip kuno kertas dari kulit. tulisan huruf arab pegon. bahasa jawa kawi berisi komunikasi antara Nabi Muhamman dengan sahabatnya. isi komunikasi sejarah terbentuknya dunia beserta makhluknya dan ilmu syare'at sampai hakikat.
kira2. dibuat tahun berapa yahhh.....
salam nusantara. agung.
3 hours ago · Unlike · 5

Zainal Abidin alhamdulillah, mudah2an dgn ditemukannya naskah kuno itu, kt semua tahu Inderapura sbg sebuah kerajaan di Indonesia
26 minutes ago · Like · 1

Ratu Rimba Niagara Cuma yang menjadi isu di sini adakah kerajaan Inderapura di Indonesia ada kaitan dengan Inderapura di Malaysia? Sehingga ada pihak menjadikan isu yang amat besar. Mohon pencerahan.
12 minutes ago · Like · 1

(PETIKAN DARIPADA WALL KESULTANAN INDRAPURA)
5 Ramadhan 1434H
14 Julai 1434M

HANYA ALLAH SWT SAJA DISANDARKAN HARAPAN
ANDAI DENGAN IZIN-NYA APA YANG KUPERJUANGKAN BERJAYA BERJAYALAH
SEMUA TAKDIRKU  DALAM GENGGAMAN-NYA YANG SUDAH TERCATAT SEJAK AZALI
5 Ramadhan 1434H
14 Julai 2013M

0 comments:

Post a Comment

 
;