ANGIN
Fiapradita, 16 Juli 2012
Pagi ini terasa sejuk
Kicau burung bersahutan
Angin bergoyang perlahan
Masih terukir sebait senyuman
Namun hanya dalam hitungan detik
Sakit itu menjelang
Terkapar seonggok jasad
Dalam kesakitan yang panjang
Tak pernah tahu apa yang datang
“ Angin “ hanya itu yang terdengar
Mata itu masih berair
Tubuh itu masih berguling
Kaki itu semakin dingin
Muka itu terlihat pucat
Nafasnya tersengal tak beraturan
Apa yang terjadi
Sebuah tanya bergumam
Namun tenggelam ditelan
Pagi yang kelam
Tubuh itu masih bergulingan
Menahan sakit tak terkira
Wahai jasad tak ada yang bisa membantu
Sakitmu semakin menggila
Dalam satu tarikan nafas
Terucap “ Astagfirullah”
Perlahan rasa sakit itu menepi
Tubuh dan jasad kembali segar
“ Angin” pun hilang…
Masihkah kau tak percaya….
Wahai sang jasad bahwa kamu ada
Karena Kehendak Sang Khalik
Siang mulai beranjak
Sang jasad masih tersentak
Dengan kenyataan yang ada
Bahwa dirinya bukan siapa-siapa
Angin…semoga kesombongan diri
Menghilang ditelan mentari nan elok…KAKU MEMBIRU
Fiapradita, 16 Juli 2012
Tahukah kamu aku bosan menunggu
Lelah menanti janji tak pasti
Namun masih berharap kau member kabar
Walau cuman lewat angin semilir
Pagi berganti siang
Malampun telah menjelang
Hati ini kembali sunyi
Karena kau dan aku
Ternyata tak pernah menyatu
Kita berdiri sama tinggi
Dudukpun ditempat yang sejajar
Tapi ternyata dinding penyekat ini
Tak jua mau menghindar
Langkahku kian payah
Jalanku tinggal setapak
Mungkin nafasku pun tinggal satu-satu
Wahai alam andai kau berkenan menerima jasad ini
Bisikan pada hatinya yang terdalam
Bahwa hingga ajalku menjemput
Ku tak pernah menyatu dengan dirinya
Angin semilir kutitipkan seuntai maafku
Karena ternyata kehadiranku
Kembali menorehkan luka menganga
Biarkan tanah meleburku
Mungkin ini yang terbaik
Karena ada ataupun tiada
Ternyata tiada bedanya
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 comments:
Post a Comment