Saturday 28 April 2012

'MASIHKAH SASTRA KITA PUNYA NAPAS?' SUPNI ALANTAS




SIMPONI NUR HIDAYAH KASIH-MU

Kasih...
Kau kata
Cintamu ke aku
Seperti simponi terindah
Lalu aku senyum
Senyumku berpelangi cinta
Hatiku yang mendung terus berpelangi cinta
Di mana-mana
Cinta...cinta....cinta...
Suatu ungkapan
Yang boleh menghidupkan segala yang suram
Hidup yang sepi... muram....suram
Terus ceria seperti bunga kembang pagi
Hari-hari ceria...ceria...ceria...
Seceria pelangi cinta
Indah dipandang mata
Indah di kalbu
Hari-hari berlagu rindu
Hari-hari berlagu kasih
Agar kasih tak tersisih
Saling cinta
Saling sayang
Saling memahami
Saling mengerti
Saling berbaik sangka
Tiada rasa terluka
Tiada rasa disakiti hati
Melainkan bahasa-bahasa Syurga
Yang membuatkan semua mendengar terasa
Tenang roh dan jasad
Hidup di dunia dirasakan di Syurga
Sedangkan Syurga adalah teramat indah
Daripada dirasakan di dunia ini
ALLAHU AKHBAR
Syurga idaman semua yang mencintai-Nya
Cintakan-Nya mudah dilafazkan
Untuk buktikan...
Ramai yang gagal
Kerna ujian untuk buktikan cinta seikhlas-Nya
Terlalu hebat
Sehebat cinta-Nya
Jika kita jatuh cinta pada-Nya sekali
DIA akan balas bekali-kali tak terkira banyak-Nya
ALLAHU AKHBAR
Bila cinta-Mu wujud takkan hilang
Hingga KAU bawa ke Syurga-Mu
Memang benarlah KAU Maha Pengasih Lagi Maha Penyayang
Kasihku dan amalanku yang terlalu sedikit
KAU balas dengan berganda-ganda banyak-Nya Ya Allah
ALLAHU AKHBAR
Malu aku Ya Allah
Syahdu hatiku
Betapa Kau
Maha Pengasih
Maha Penyayang
Tanpa Batas
Tanpa Had
Cinta-Mu pada hamba-Mu
Yang mencintai-Mu
Tanpa syarat siapakah status hamba-Mu itu
Asalkan ikhlas mencinta-Mu
Sanggup berkorban apa saja demi meraih cinta-Mu
Apa yang dibuat bukan mahu pandangan manusia
Tapi hanya mahu pandangan-Mu Ya Allah

Ya Allah kami semua mengaku sebagai hamba-Mu
Kami mahu taat pada semua perintah-Mu
Kami mahu kasih pada-Mu
Kami mahu cinta-Mu
Maka-Nya balaslah kasih dan cinta kami
Agar kasih kami tak KAU sisih
Agar kami tak menyesal setelah kami mati

Di dunia kami bertemu-Mu tika solat
Tika nafas terhenti roh kami diangkat bertemu-Mu
ALLAHU AKBAR
Saat betapa indahnya pertemuan di kala itu
Pasti hanya KAU dan HAMBA-MU saja yang tahu
Betapa indah-Nya Pertemuan di kala itu

Maka-Nya sebelum kami
Bertemu-Mu
Limpahkan Nur Hidayah Kasih-Mu
Pada kami hamba-Mu

Simponi Nur Hidayah Kasih-Mu
Mengajak
Semua hamba-Mu
Meng-Agungkan-Mu
Di sebilang masa dan ketika
Agar roh dan jasad
Kami tertabiyah
Untuk menuju jalan-jalan
Nur Hidayah Kasih-Mu
Selagi hayat di kandung badan

Perkenankanlah Ya Allah
Perkenankan hajat-hajat kami
Untuk menuju jalan-jalan ke Syurga-Mu

Aaamin Aamin Aamin Ya Rabbal A'Lamin

KARYA: PUTRI RIMBA.
29 April 2012
 ·  ·  · 4 hours ago

  • Muhammad Feriansyah likes this.

    • Supni Alantas masihkah satra kita punya napas?
      57 minutes ago · 

    • Rabeah Mohd Ali Maksudnya sekarang ini sastra kita tak punya napas?
      Kalau tak punya napas...boleh tak kau berikan ide mu agar sastra kita punya napas?

      38 minutes ago · 

    • Supni Alantas justru kita harus membuat napas sendiri agar bisa menganga lalu membangi napas kite kepada mereka yang tak lagi punya kepedulian.... toh, sastrawan kita dahulu kala semuanya membangun dengan kekuatan sendiri, dan itu yang membuat mereka hebat! ...
      35 minutes ago · 

    • Rabeah Mohd Ali Benar kata mu itu duhai saudara ku...tapi berkata memang mudah tapi untuk menjadikan realiti amat payah....kesibukan masa selalu menyekat semua perjuangan suci...kerana sastra tidak menjanjikan keuntungan untuk meneruskan kehidupan harian bagi bernafas.
      31 minutes ago · 

    • Supni Alantas karya sastra selalu mampu menembus dinding dan tembok apapun, termasuk sekat kesibukan menapaki hari-hari kehidupan....jangan pernah melahirkan sastra karena mood, tapi galilah terus singgungan rasa yang halus sembari berontak dengan ketidakadilan dan ketimpangan di sekeliling kita....
      29 minutes ago · 

    • Rabeah Mohd Ali Makanya tanggungjawab semua yang bergelar sastrawan bersatu hati merealisasikan apa yang dicita-citakan dalam sebuah perjuangan seorang penulis.
      25 minutes ago · 

    • Supni Alantas betul, sebagaimana ditulis Taufik Ismail: Kita harus berjalan terus, karena berhenti atau mundur berarti hancur! lalu siapa yang memberi kita gelar sastrawan? Entahlah! ukurannya, adalah karya-karya kita yang bisa bermakna dan memberi warna dalam hidup ini, bukan sekadar menjadi catatan harian, tetapi.......?
      23 minutes ago · 

    • Rabeah Mohd Ali Ini bukan sekadar nak memberi pendapat bernas sesuatu karya pun tidak...apa tah lagi nak like....seolah-olah karya yang dihantar oleh rakan sastra tak wujud...bersiaran berpuisi tanpa perhatian dari kawan-kawan...adakah ini boleh mencapaikan hasil kejayaan seperti mana maksudmu duhai saudara ku? Apa yang kukatakan ini adalah untuk diriku sendiri juga...
      22 minutes ago · 

    • Supni Alantas bukan: aku bersastra untuk diriku sendiri, kritik pada diriku sendiri dan entah kelak mendewasakan diriku sendiri sebagaimana Chairil Anwar katakan: Kelam dan kabut lalu mempersiang diriku....
      20 minutes ago · 

    • Rabeah Mohd Ali Pengalaman aku berkarya di grup...kata admin tiada paksaan dalam berkarya atau memberi pendapat kepada setiap karya yang dihantar...lojik ke sebagai seorang penulis tidak boleh menghantar karya , memberi pendapat...waima like sekali pun tak boleh..pada hal ahlinya ribuan orang yang terdiri daripada penulis yang hebat-hebat...habis tu gimana ini....
      16 minutes ago · 

    • Rabeah Mohd Ali Kerna aku yang selalu menghantar karya ku mereka removekan aku di grup tersebut...adakah adil aku dilayan sebegini? Sedangkan aku dijemput di grup tersebut bukan atas ke hendak aku...tapi kerana minat yang mendalam dalam dunia penulisan aku masih menulis tanpa memperdulikan sapa-sapa ...tapi kalau aku tidak dihargai...nggak apa-apa kok kerana aku menulis bukan kerana mereka atau untuk mendapat gelaran sastrawan...
      14 minutes ago · 

    • Supni Alantas rasanya kurang lojik: seorang penulis akan cepat besar dan dewasa karena kritik dan pendapat dari orang-orang sekitarnya...tidak mungkin kita akan mengenal Abdul Hadi WM, Sutardji, Sapardi Djoko Damono dkk karena tidak mendapat kritik pedas dari HB.Jassin.....cobolah dulu membuat karya ke majalah Horison yang setengah mati mau tembus, pasti ada kritik yang justru bakal membesarkan nama sang penulis itu....
      13 minutes ago ·

      (PETIKAN DARIPADA GRUP JARINGAN SASTRA INDONESIA)
      29 April 2012

0 comments:

Post a Comment

 
;