MINTEN
(Sebuah prosa)
Oleh : Laksamana Mas
Minten adalah nama ku, ..............................
Aku tinggal di sebuah dusun di ujung desa ku,
Bersama ibu dan si mbah putri ku.
Sejak kecil aku sering ditinggal oleh ayah ku,
Mengabdi pada kepentingan yang lebih tinggi,
Begitu kata ibu pada ku.
Minten adalah nama ku, ..............................
Aku dibesarkan di tengah kesederhanaan dan kesahajaan,
Sejak kecil ibu ku selalu mengidungkan kidung-kidung tentang ketabahan hati
Dan puja-puji pada Illahi, ketika menina bobokkan ku.
Minten adalah nama ku, ..............................
Aku pemalu, jarang keluar rumah jika tidak sedang disuruh oleh ibu ku,
Kerja ku di rumah membantu ibu di dapur dan juga di kebun belakang rumah ku.
Mencari daun-daun ramuan untuk mbah putri ku, mbah putri adalah tabib
Yang sering menyembuhkan penyakit.
Suatu hari kata ibu ku, kepada ku; enduk, kamu itu sudah besar, sudah dewasa,
Ndak seharusnya hanya diam di rumah membantu ibu, lihat teman-teman mu,
Bermain dan saling silaturrahmi. Kamu itu cantik, siapa pun pemuda yang melihat mu
Pasti akan langsung jatuh hati pada mu, kata ibu ku sambil mencubit hidung ku.
Minten adalah nama ku, ..............................
Ibu ku benar, karena setelah mandi sore ini, aku menyisir rambut ku di depan cermin.
Rambut ku panjang sampai sebatas pinggang, bagus, lebat dan hitam.
Hidung ku mancung seperti hidung ibu, alis ku, melengkung indah,
Dan bulu mata ku panjang serta lentik....... bibir ku mungil dengan dagu
Yang kata teman-teman ku bak lebah bergantung. Dan, lesung pipi ku,
Ah! Ibu ku benar, ibu ku benar, ibu benar. Aku memang cantik !!
Tapi,.......... mengapa semua orang di dusun ku memanggil ku “Jeng Minten” ???
Nama ku; Dewi Sri Prameswari Puji Astuti Hanyocrowati Suryo Negoro,
Di depan nama ku ada huruf BRAy. Kata ibu ku itu artinya “Bendoro Raden Ayu”,
Ibu ku bernama; Dyah Ayu Padmasari, dan ayah ku, yang fhotonya sangat gagah,
Ku letakkan di meja kamar ku dan selalu ku pandangi, bernama; Suryo Negoro.
Si mbah putri ku, orang-orang memanggilnya mbok denok,
Beliau abdi-emban setia kedua orang tua ku.
Minten adalah nama ku, ..............................
Waktu ku tanya ibu ku, sambil ku peluk dari belakang, ketika ibu ku
Sedang meracik ramuan obat-obatan untuk mbok denok, si mbah putri ku.
Ibuuuuu, mengapa orang-orang di dusun kita ini memanggil ku “Jeng minten” ?
Ibu ku tersenyum,.................Ooo
Wirotomo nduk, dulu, kamu itu waktu kecil, kerjaan mu nyanyi sambil menari.
Pokoknya ndak bisa diam, selalu saja bikin semua orang tertawa,.....................
Almarhum mbah Lurah wirotomo itu kalau sehari saja ndak menggendong mu
Beliau sakit, meriang katanya. Dulu setiap hari beliau kesini menemui ayah mu.
Sambil bertanya ketika masih di depan pintu; “endi minten putu ku seng ayu dewe” ?
(mana minten cucu saya yang cantik sendiri/sekali) begitu cerita ibu ku,
Sambil menghentikan pekerjaannya. Ibu ku menatap jauh kemasa lalu,.................
Sepertinya tidak ingin melewatkan satu persatu kejadian dalam ingatan beliau,....
Aku jadi sedih melihat ibu. Cinta dan kesetiaannya begitu dalam pada ayah ku.
Ibu ku tidak pernah mengeluh ataupun marah pada ku, baru kali ini ibu ku
Diam, dan tersenyum meski beliau tidak bisa menyembunyikan perasaannya,
Oh, ibuuu.........................
Minten adalah nama ku, ..............................
Mbah putri ketika bersama ku, selalu mengatakan pada ku;
Nduk, suatu hari nanti, kamu akan dijemput oleh ayah mu ke kota raja,
Kelak kamu akan menjadi perempuan hebat. Yang sabar ya nduk,...................
Begitu selalu kata si mbah putri sambil mengelus rambut ku.
Minten adalah nama ku, ..............................
Nama pemberian almarhum mbah Lurah Wirotomo kepada ku,
Yang jika sehari tidak menggendong ku, beliau akan sakit, meriang kata ibu ku.
Mbah Lurah, Minten sudah besar, Minten berdo’a semoga mbah lurah selalu,
Berada dalam limpahan rahmat serta karunia dari Gusti Alloh di alam kelanggengan.
Amin.
Minten adalah nama ku, .
0 comments:
Post a Comment