Tuesday, 5 June 2012

CINTA PUTRI RIMBA DENGAN PUTRA WERDYS KALBARY (7)


      • CINTA PUTRI RIMBA DENGAN PUTRA WERDYS KALBARY
        BAB 9
  • GARUDA
    Terjang kebekuan
    Raih impian yang melambung tinggi diangkasa semesta

    Terbanglah Sang Garuda menyusup kedalam pori-pori angan
    Mata tajam, kaki mencengkeram budi pekerti
    Telinga waspada mendengar kasak-kusuk basi tidak nikmat

    Memuntahkan racun-racun kotoran hati yang mengkerutkan nurani
    Falsafahku bukan falsafah yang menjadikan manusia jadi mumi angkara
    Falsafahku adalah falsafah kemuliaan yang menjadi jasad jadi wangi abadi
    Bersinar menjadi tauladan indah bagi semesta

    Manusia dengan tangan-tangan kotor berdarah muntah kemabukan
    Bahasa genjet sana sini yang hakekatnya akan menggenjetnya di alam kubur

    Ladang terbuka luas bagi para kasatria kemuliaan untuk berkiprah langkah
    Keuletan, ketulusan, keikhlasan dan doa sebagai sarana pengasah nurani mulia

    Garuda terbang tinggi mengayomi hati yang resah dan susah.

    by : admin MAM
     ·  ·  · May 26 at 10:58am
    • You like this.
      • Rabeah Mohd Ali TERIMA KASIH GARUDAKU

        Terbanglah garudaku
        Terbanglah setinggi awan
        Demi ibu pertiwimu
        Terbanglah sampai matlamatmu
        Membawa amanah ibu pertiwi
        Membawa cita anak bangsa
        Menggapai awan
        Memetik bintang
        Untuk dibawa pulang
        Dihadiahkan pada ibu pertiwimu

        Bersoraklah semua
        Tanda kejayaanmu milik semua
        Ibu pertiwimu Indonesia

        Terima kasih Garudaku ...
        Jasa baktimu
        Sentiasa mewangi di hati kami
        Kami sayangi kamu
        Karenamulah kami
        Bisa tersenyum
        Dalam nikmat syukur
        Pada Ilahi.

        KARYA PUTRI RIMBA NIAGARA
        26 Mei 2012
        May 26 at 1:15pm · 
  • BIANGLALA

    Angin pagi ; berteman kicau burung
    mengusap ranting hati
    adakah kau di sana
    mengusap pula rindu
    yang ranum di tangkai hari
    kekasih ;
    gugurkan senyummu dari sayap rama-rama
    agar kutadah guyuran matahari
    yang kau tuang di danau pagi
    karena ku tak lagi berteman angsa-angsa
    setelah sejenak luka yang cuka ;
    melumat sunyi malam
    kini kembali;
    bianglala !
    -------------
    Sintang West Borneo, 26 Mei 2012
    Werdys Kalbary
     ·  ·  · May 26 at 10:56am
    • You and Wan Suwandy like this.
      • Rabeah Mohd Ali DITELAN KABUS MALAM

        Kicauan burung menyanyi-nyanyi
        Lagu rindu lagu cinta
        Memanggil kekasih hati
        Yang dirindu
        Dalam sepi
        Tanpa jawapan rindu terluka
        Sinaran mentari tak berarti lagi
        Yang ada rinduku terluka
        Kusimpan dalam hati
        Biar ombak rindu tahu
        Kutunggu bayangan
        Di perdu senja
        Bayangan pun hilang
        Ditelan kabus malam
        Bertambah luka yang cuka
        Melumat sunyi malam
        Tiada arti!

        Putri Rimba Niagara
        26 Mei 2012
        May 26 at 11:08am ·  ·  1
  • BIARLAH DIA YANG MEMUJUKKU

    Aku cuba senyum
    Tapi nggak bisa

    Aku cuba ketawa
    Tapi nggak bisa

    Mendung datang
    Hujan pun turun

    Hujan pun turun
    Aku pun menangis
    Menangis semahunya
    Menangis tanpa henti

    Biarpun dupujuk
    Aku terus merajuk
    Tak mahu dipujuk lagi
    Tak mahu dirujuk lagi

    Sekali disakiti
    Aku masih boleh terima
    Tapi kalau sudah ribuan kali
    Aku bukan robot
    Tak punya hati dan perasaan
    Aku bukan malaikat

    Aku manusia biasa
    Yang tak boleh
    Hidup berpura-pura senyum

    Kecewa di hatiku biarlah
    Kurawat dengan
    Tawakal aku pada-Nya
    Biarlah DIA yang memujukku
    Kerana DIA
    Yang mengaturkan
    Hidup dan matiku

    Karya: Putri Rimba Niagara
    21 Mei 2012

    Irma Sri Kabulatirin:

    Rabeah ku sayang...
    I like it, I like your short poem...
    Thankyou honey...
    Aku lagi galau....
    Aku rindu padamu Rabeah.....
    Sisipkanlah rindu ku direlung kalbumu....

    Rabeah Mohd Ali:

    DENGAN RAHMAT KASIH-NYA AKU MENULIS

    Irma...galaumu tak sehebatku irma
    di istana rimba niagara sedang berduka
    berkabung seperti meraikan kematian aku irma
    tapi Insya-Allah aku masih hidup irma dengan izin-Nya
    Allah mahu beri ku peluang untuk berpena dalam pelangi cinta
    agaknya irma...aku percaya Allah sentiasa bersamaku
    disetiap kali aku berpena kerana dengan Rahmat Kasih-Nya
    aku dilimpahi ilham untuk aku menulis Irma tanpanya sebaris
    ayat aku nggak bisa menulis Irma....

    Sekarang ni si kunta si kunte sedang memujukku...
    Aku cerita padamu kau jangan sedih dan kau jangan ketawa
    Segalanya kau simpan sebagai kenangan dariku untukmu irma...

    Si kunta si kunte pun dah tak larat nak pujuk..mereka juga turut menangis ni...kerna putri kesayangan mereka tak habis-habis dikecewakan...mereka udah pesan banyak kali...agar jangan berkarya dengan mereka yang tak sudi...ha...sekarang ni mereka kata biarlah mereka saja yang dengar karya putri rimba ...tangan aku ni dipaksa pegang pena suruh aku menulis untuk mereka ..mereka usap air mata aku penuh kasih sayang ...

    Dalam keadaan berair mata dan longlai jemariku memegang pena aku pun menulis puisi , BIARLAH DIA YANG MEMUJUKKU, bila habis kubaca si kunta si kunte menangis hiba sambil memelukku dan memujukku

    "Tuan Putri biarpun tsunami datang membadai untuk memisahkan kasih kita....kita tetap akan bersama kerana Tuan Putri Rimba telah ditakdirkan untuk menjadi pujangga Rimba Niagara...percayalah pada kami Tuan Putri menulislah sehingga terhenti nafas tehentilah pena...
    semua karya Tuan Putri akan kami bingkaikan di daunan kasih agar menjadi kasih semurni hati di kalbu kami yang inginkan kedamaian roh dan jasad....mulai saat ini dan detik ini tuan Putri Rimba Niagara jangan berputus asa dan senyumlah-senyumlah karena kami selalu berada di sisi Tuan Putri Rimba yang dikasihi hingga akhir nanti."

    Karya Putri Rimba Niagara
    21 Mei 2012

    Irma Sri Kabulatirin:

    Baik nian si kunta si kunte itu..
    Biarlah kita berteman dengan orang yang siapa mahu..
    Tak usahlah kita hirau mereka yang tak perduli...
    Aku memang saat ini sedang dilanda boring kata orang sana...
    Tapi kadang kubaca naskahmu...walau tersendat....hingga aku terkantuk-kantuk...karena begitu panjang syairmu Rabeah...
    Biarlah syairmu jadi teman tidurku saat malam menjemput....

    Putri Rimba:

    AKU BIASKAN KASIH SUCI MURNI DI KALBUMU KALBUKU

    Nanti ye...irma kukarang puisi terakhir dariku untukmu irmaku sayang

    Duhai irma....
    Deritamu deritaku
    Kita saling terpaut kasih
    Dalam hatiku hatimu
    Tapi kita berbeda
    Kau di benua sana
    Aku di benua sini
    Mana bisa mungkin
    Hatimu hatiku
    Boleh bersatu
    Ramai yang tak merestu
    Bukan aku tak kasih
    Bukan aku tak sayang
    Bukan aku tak cinta
    Padamu irma
    Tapi...lagi aku kasih dan sayang
    Lagi kasih tersisih
    Lagi sayang melayang
    Makanya yang ada
    Luka yang parah membarah

    Karena aku sedar siapa aku
    Tak setandingmu yang serba sempurna
    Izinkan aku undurkan kasih sayang ini
    Dari hatimu
    Kerana ramai yang tak merestu
    Hubungan kita yang suci ini

    Doaku moga kau bahagia
    Bersama teman-temanmu

    Maafkan aku irma...
    Gelak tawamu
    Biarpun dalam kesedihan
    Aku biaskan kasih suci murni
    Di kalbumu kalbuku
    Moga Allah meredhoi
    Kau dan aku
    Hingga akhir nanti

    PUTRI RIMBA NIAGARA
    21 Mei 2012

    Irma Sri Kabulatirin:

    Hai Rabeah ku...
    Apa yg telah kau cakap baru ituuuu...
    Aku tak suka...
    Siapa yg tak merestui hubungan kita...
    Katakan itu padaku...
    Aku akan diam seribu basa...
    Hingga kau ucap tentang nama-nama penghianat itu....

    Rabeah Mohd Ali:

    Duhai irma...
    Penghianat dalam terang kita nampak irma
    Ini penghianat dalam gelap hatinya irma
    Cahaya kasih kuberikan
    Mendung gerhana
    Datang menutupi
    Pelangi cinta kita irma...
    Makanya senyumku
    Telah diheret oleh
    Bara ombak mengganas!
    "CINTAKU BERADA DALAM BARA GELOMBANG OMBAK MENGGANAS!"
    hinggakan aku tak tega untuk mempertahankan cintamu irma...
    maafkan aku irma
    biarpun ku tahu yang kau tak akan berputus asa untuk terus mencintaiku...dan kau cuba menjahit lukaku dengan benang cintamu...
    tapi sia-sia saja irma kerna si penghianat itu akan membuka benang cinta itu lalu lukaku pun bernanah lalu membarah lalu meletus! Letus!
    lalu aku meraung kepedihan jiwa lara yang tersayat....
    Bila kufikirkan derita di dunia ini tidak sehebat derita di akhirat makanya aku lupakan terus segala derita tersayat ini agar tak menjadi parut untuk aku tenang menuju jalan-jalan ke negeri Abadi....

    KARYA PUTRI RIMBA NIAGARA & IRMA SRI KABULATIRIN
    25 Mei 2012
     ·  ·  · May 25 at 8:41pm
    • Werdys Kalbary and 2 others like this.


    • SYAIR ABU SUFFIAN

      Tersebutlah kisah di sebuah perkampungan,
      Terdapat sebuah keluarga hidup dalam kemiskinan;
      Namun bahagia sekeluarga berpanjangan,
      Dikurniakan anak tujuh orang yang beriman.

      Ayahanda dan bunda berjiwa penyayang,
      Diberikan sama rata kasih sayang;
      Hari-hari dibajai kasih sayang,
      Hingga ke mati kasih sayang tak hilang.

      Anak sulung namanya Abu Suffian,
      Abu Suffian dihantar menghafal Al-Quran;
      Perit sungguh apabila berpisahan,
      Berpisah dengan keluarga dia tangiskan.

      Ayahanda bunda memujuk Abu Suffian,
      Supaya bersabar demi menjadi hamba ilmuan;
      Terhibur Abu Suffian dengar pujukan,
      Disapukan air mata ayahanda ketika perpisahan.

      Di pondok tahfiz Abu Suffian belajar penuh kusyuk,
      Ilmu dunia akhirat semuanya masuk;
      Bertambah berilmu tiada rasa riak,
      Amalan bertambah semakin kusyuk.

      Sahabat sekuliah semuanya sayang,
      Rajin mengulang kaji pelajaran jadi cemerlang;
      Budi baik sahabat takkan hilang,
      Berpisah nanti budimu sentiasa dikenang.

      Tamat sudah kuliah Abu Suffian,
      Mendapat ijazah bidang falsafah kedoktoran;
      Ayahanda dan bonda penuh kebanggaan,
      Kejayaan Abu Suffian dibuat kenduri kesyukuran.

      Sudah empat bulan Abu Suffian menganggur,
      Duduk di rumah adik-adik diajar;
      Marahkan adik apabila kurang ajar,
      Nasihatkan adik adalah wajar.

      Adik yang degil dipukul dengan kasih sayang,
      Maka berlakulah pergaduhan kasih pun hilang;
      Apabila ayahanda membela adik tersayang,
      Abu Suffian dipukul ayahanda sabarnya hilang.

      Kaki Abu Suffian berdarah dipukul ayahanda,
      Ayahanda menangis keinsafan dirasa;
      Menyapukan darah mengalir di kaki anakanda,
      Dua beranak berpelukkan terseksanya dirasa.

      Sudah seminggu Abu Suffian sakitnya kaki,
      Risaunya ayahanda menyalahkan diri sendiri;
      Pergi berubat menyembuhkan kaki,
      Berkat kesungguhan ayahanda kaki sembuh kini.

      Sukanya hati ayahanda Abu Suffian sembuh,
      Bertambah erat ikatan kasih;
      Kasih sayang mereka tidak akan runtuh,
      Semakin hari semakin utuh.

      Tidak berapa lama kemudian ayahanda sakit,
      Abu Suffian bersama sahabat mencari ubat;
      Demi ayahanda sentiasa diingat,
      Sakit ayahandanya Abu Suffian pun sakit.

      Demi ayahanda Abu Suffian rela berkorban,
      Dermakan darah ayahanda kecintaan;
      Malang sungguh nasib Abu Suffian,
      Belum sempat menderma ayahanda menyahut seruan.

      Sesaknya dada Abu Suffian menangis semalaman,
      Jenazah ayahanda didakap dalam tangisan;
      Sabarmu mengundang keredhaan,
      Pemergian ayahanda duka berpanjangan.

      Abu Suffian mengimamkan jenazah ayahanda,
      Dengan kusyuk Abu Suffian berdoa;
      Tanpa disedari mengalir air mata,
      Mengenangkan ayahanda yang telah tiada.

      Di makam ayahanda bertafakur Abu Suffian,
      Penuh kusyuk membaca Surah Yassin;
      Di doakan roh ayahanda mendapat keredhaan,
      Moga manusia dan para Malaikat mengaminkan.

      Sebelum meninggal ayahanda berpesan,
      Pergilah anakanda tinggalkan perkampungan;
      Mencari rezeki membina masa depan,
      Belalah nasib keluarga yang ditinggalkan.

      Abu Suffian membina hidup baru,
      Memburu impian tiada rasa jemu;
      Dilamar majikan bekerja penuh maju,
      Bertambah maju terus maju.

      Kenangan bersama Almarhum tidak dilupa,
      Selepas solat doakan ayahanda;
      Moga rohmu tenang di alam Sana,
      Dikirimkan doa buat ayahanda.

      Sekian sahaja syair Abu Suffian,
      Moga terhibur segala penceritaan;
      Dapat dijadikan bahan bacaan,
      Disukai ramai sejak berzaman.

      Karya: Putri Rimba Niagara
      31 Mei 2011
       ·  ·  · May 25 at 9:52am
      • Werdys Kalbary likes this.
        • Rabeah Mohd Ali PANTUN DALAM KHASHAFNYA TAKDIR

          Abu Sufian bekerja penuh tekun,
          Keuntungan perusahaan bergandaan;
          Abu Suffian pekerja yang dibanggakan,
          Gaji Abu Suffian sentiasa dinaikkan.

          Setiap bulan wang nafkah dikirimkan,
          Abu Suffian tidak pernah lupa daratan;
          Nasib keluarga terbela dalam kesyukuran,
          tiada lagi dirasai hidup kemiskinan.

          Semasa miskin hidup dalam penghinaan,
          Sanak saudara tidak pernah memberi bantuan;
          Namun Almarhum ayahanda penuh kecekalan,
          Membesarkan anak-anak dengan rezeki kecukupan.

          Setelah senang sanak saudara bergembira,
          Datang ke rumah keluarga bertanya kabar;
          Keluarga menyambut dengan hati terbuka,
          Agar ikatan saudara-mara semakin mekar.

          Saudaranya yang susah dibantu Abu Suffian,
          Tetapi semasa Abu Suffian susah tidak dipedulikan;
          Namun begitu tiada rasa berdendaman,
          Kerana itu adalah lumrah kehidupan.

          Kota Raya Jakarta Abu Suffian membina empayar,
          Mengusahakan perusahaannya sendiri;
          Segala usaha sudah terbayar,
          Perusahaannya maju ke peringkat tinggi.

          Biarpun sudah bergelar jutawan,
          Tetapi Abu Suffian tidak meninggi diri;
          Seorang majikan memahami masalah karyawan,
          Gaji para karyawan dinaikan bonus diberi.

          Abu Suffian menjadi pengusaha terkenal,
          Ramai ingin melabur dengan Abu Suffian;
          Diterimanya apabila sudah saling kenal mengenal,
          Keuntungan diterima dalam kesyukuran.

          Perniagaan Abu Suffian melebarkan sayap,
          Serata Indonesia ada cawangannya;
          Abu suffian bersyukur dalam senyap,
          Kerana tidak mahu rasa riak di hatinya.

          Umur 32 tahun Abu Suffian melangsungkan perkahwinan,
          Bernikah dengan adik sahabatnya;
          Seorang yang manja lagi rupawan,
          Bersyukur Abu Suffian dalam sujudnya.

          Di awal perkahwinan amat bahagia,
          Makan minum diurus dijaga;
          Dikurniakan seorang puteri jelita,
          Terasa bahagia tidak terkata.

          Setelah dikurniakan puteri jelita,
          Isteri mula berubah hatinya;
          Makan dan minum sudah tidak diurusnya,
          Buat hati Abu Suffian terasa dianiaya.

          Abu Suffian suami yang setia,
          Tidak pernah memukul isterinya;
          Tidak tahu apa salahnya,
          Isteri sudah hilang kasih sayangnya.

          Puteri jelita penghibur hati,
          Hanya dia yang mengerti;
          Kasih sayang puteri pengubat hati,
          Namun begitu diperlukan yang mengerti.

          Sudah bertahun Abu Suffian kesepian,
          Rindukan kemesraan dan belaian isteri;
          Tapi itu cuma hanya banyangan,
          Walaupun di depan mata wujudnya isteri.

          Sampai bila Abu Suffian bersabar,
          Kekayaan dimiliki tidak dapat membahagiakan;
          Dipendam duka lara penuh sabar,
          Moga ada sinar cinta yang diharapkan.

          Wang yang banyak tidak dapat membeli cinta,
          Biarpun ditaburkan di depan mata;
          Cinta palsu yang akan ada,
          Tapi itu tidak dapat memenuhi keperluan cinta.

          Setiap hari Abu Suffian kesepian,
          Mengharapkan cinta suci seorang wanita;
          Namun belum lagi kesampaian,
          Dipujuk hati menanti cinta suci seorang wanita.

          Khashaf takdir Allah tiada siapa yang tahu,
          Cinta Abu Suffian dibalas wanita soleha;
          Termakbul doa Abu Suffian berkat tanpa jemu,
          Bercinta berkasih semua keranaNYa.

          Bersyukur Abu Suffian dalam sujudnya,
          Atas kurniaan Allah yang berharga buatnya;
          Wanita soleha pembakar semangat amalannya,
          Saling cinta mencintai dalam restuNya.

          Rumah tangga dibina seperti Mahligai Syurga,
          Hari-hari terungkap ucapan sayang dan rindu;
          Sama-sama minat bertemu TuhanNya,
          Dalam khashafNya takdir mereka bersatu.

          Dalam khashafNya takdir mereka bersatu,
          Disyukuri dalam kemanisan iman;
          Dalam ketaqwaan cinta mereka bersatu,
          Sama-sama memadu kasih dan cinta di Syurga Idaman.

          Karya: Putri Rimba Niagara
          31 Mei 2011


0 comments:

Post a Comment

 
;