- NIRVANA VIII
Awan perasaan membuak skethsa luka
pada jajaran jalan, lihatlah titis-titis darah kecewa
ia menyala pada jalinan hampa & derita
membungkam pada kelu bicara neon kasih enggan menyala
menghimbau kenangan dan cermin-cermin wajah di basah airmata
unjurkanlah pelitaMu kasih, kerena itam & sepi menggigit-carik
bercebis hati pada hiris dusta yang kau pekik
Berjejes jatuh kelopak cinta dari merah Agra yg sekian lama ku-jaga
mahu saja dinding kaca al-hambra ku-lontar agar berderai
mahu saja ku-caing peti kenangan biar berjurai
biar menjadi pasir segala tugu & arca lambang cinta
biar mendesir ombak meragut, dan menghanyutnya ke dasar buana
aku tidak akan toleh pada indah maya
walau semilir rindu menggamit bagai kerikil meluka ke dada
tetap puncak Nirvana ku-daki hingga ku-sirna
kematian yang kau pusara-kan di tunduk hiba,
jasadku tiada di sana, kerana kesejatian rindu,
tiba-tiba menjadi sayap, untuk jentayuku membelah ujud
O gelombang waktu,
kenapa bangunkan aku yg parah merindu
kalau benar cinta tiada mati, maka arah mana satu,
alif ahdiatMu yang melagu zabur,
sehingga Daud malu menatap langit
dan tauratMu masih saja lena di munajat Tursina
mikraj-lah engkau nyawa,
capai-lah haruman yang tertinggal di Sidratul Muntaha
hari ini engkau, raya-kan-lah segengam makna, bila pintu langit terbuka
hari ini engkau, tulip-tulip yang menguncup akan memekar dalam rahasia
hidangkanlah anggur sementara aku masih berjaga
kucup-lah piala, sementara dimensi Nirvana belum mewarna
nanti pada kemilau cahaya mega,
segala sesuatu bukan lagi apa-apa
lenyap tak bersisa makna & rahasia
hilang tanpa tanda rindu & cinta
segala-gala ter-sirna
di puncak Nirvana!
Rajendra Nath Tagore
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 comments:
Post a Comment